Ramallah, 22 Rabiul ‘Awwal 1437/2 Januari 2016 (MINA) – Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam pernyataan yang disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai Kota Hebron.
Kementerian itu menekankan dalam sebuah pernyataan bahwa pidato Netanyahu akan mendorong konflik ke arah ekstrimisme dan konfrontasi agama yang komprehensif dan menyatakan ia akan memikul tanggung jawab atas konsekuensi apapun.
Dalam pidatonya baru-baru ini, Netanyahu mengklaim bahwa orang-orang Yahudi berada di situs Suci Al-Khalil Hebron sejak 4.000 tahun lalu dan mereka tidak akan bergerak dari tempat itu, demikian laporan Middle East Monitor (MEMO) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (2/1).
Meningkatnya ketegangan di Wilayah Pendudukan telah menyebabkan puluhan orang tewas dan ratusan bentrokan.
Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti
Situs suci Nabi Ibrahim, Al-Khalil Hebron, juga dikenal sebagai Masjid Al-Ibrahimi atau Gua Leluhur adalah situs suci yang terletak di selatan Tepi Barat. Saat ini situs suci itu telah dibagi menjadi dua bagaian untuk jamaah Muslim dan Yahudi.
Kementerian itu juga memperingatkan masyarakat internasional akan bahaya hasutan Netanyahu, dan mendesak segera menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap wacana politik dan ekstrimis agama ini.
Pada 1994, Baruch Goldstein, seorang Yahudi Amerika, dan pemukim ilegal di wilayah Palestina, memasuki masjid dan menembaki jamaah Muslim yang tengah menunaikan shalat shubuh berjamaah, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 150 lainnya.(T/R05/R01)
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza