PALESTINA merupakan tanah yang diberkahi dan memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah peradaban manusia. Ia menjadi saksi perjalanan para nabi dan risalah yang dibawa oleh mereka. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut Palestina sebagai “ardhul muqaddasah” (tanah suci) yang diberkahi bagi seluruh alam. Namun, dalam realitas modern, Palestina justru menjadi tanah yang dilupakan oleh sebagian umat Islam, tertutup oleh konflik dan ketidakpedulian.
Kota suci Al-Quds (Yerusalem) menjadi jantung Palestina yang memiliki sejarah panjang sebagai pusat keagamaan. Di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan salah satu dari tiga masjid yang memiliki keutamaan untuk dikunjungi. Keistimewaan ini disebut dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Janganlah kalian bersusah payah dalam bepergian kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejarah Palestina mencatat perjalanan bangsa-bangsa besar, mulai dari Bani Israil, Romawi, hingga era kekhalifahan Islam. Di bawah pemerintahan Islam, Palestina pernah menjadi pusat keadilan dan toleransi bagi berbagai komunitas agama. Salah satu puncaknya terjadi saat Khalifah Umar bin Khattab dengan damai menerima kunci Yerusalem tanpa pertumpahan darah pada tahun 638 M.
Namun, sejak runtuhnya kekhalifahan Islam dan munculnya penjajahan modern, Palestina mulai mengalami kemunduran dan krisis berkepanjangan. Puncaknya adalah Deklarasi Balfour 1917, di mana Inggris menjanjikan tanah Palestina kepada kelompok Zionis untuk mendirikan negara mereka. Sejak saat itu, penderitaan rakyat Palestina dimulai dengan perampasan tanah, pengusiran penduduk, dan kebijakan apartheid yang sistematis.
Baca Juga: Munculnya Kabut Tebal di Akhir Zaman
Saat ini, Palestina menjadi salah satu wilayah dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Blokade di Gaza, perampasan tanah di Tepi Barat, serta penggusuran paksa di Yerusalem Timur adalah bagian dari strategi sistematis untuk menghapus identitas Palestina. Organisasi internasional seperti PBB telah berulang kali mengeluarkan resolusi menentang penjajahan ini, namun tidak ada tindakan nyata yang dilakukan oleh negara-negara besar untuk menghentikannya.
Masjid Al-Aqsha menjadi simbol perlawanan bagi rakyat Palestina. Tempat suci ini sering kali menjadi target serangan dan penghancuran oleh pihak Zionis yang ingin mengubahnya menjadi situs Yahudi. Upaya ini bukan sekadar perampasan fisik, tetapi juga penghapusan sejarah Islam di tanah suci tersebut.
Di balik konflik yang terjadi, umat Islam di berbagai belahan dunia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kehormatan Palestina. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka” (HR. Thabrani). Oleh karena itu, kepedulian terhadap Palestina bukan hanya isu politik, tetapi juga kewajiban agama dan kemanusiaan.
Salah satu cara menjaga Palestina adalah dengan mendukung perjuangan mereka dalam berbagai aspek, baik secara politik, ekonomi, maupun spiritual. Memahami sejarah Palestina, menyebarkan kesadaran tentang realitas yang terjadi, serta mendukung gerakan-gerakan yang membela hak rakyat Palestina adalah bagian dari jihad di era modern ini.
Baca Juga: Keluarnya Binatang dari Perut Bumi: Tanda Besar Akhir Zaman
Boikot terhadap produk-produk yang mendukung penjajahan Israel juga merupakan bentuk perlawanan damai yang efektif. Banyak perusahaan internasional yang secara terbuka memberikan dukungan finansial kepada Israel, sehingga dengan tidak membeli produk mereka, umat Islam dapat memberikan tekanan ekonomi terhadap penjajah.
Selain itu, mendukung program bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina adalah cara lain untuk berkontribusi. Lembaga-lembaga amal yang terpercaya seperti AWG, Maemuna Center Indonesia (Mae Ci) dan lembaga lainnya telah menyalurkan bantuan untuk kebutuhan dasar rakyat Palestina yang hidup di bawah blokade.
Di dunia akademik, penting bagi umat Islam untuk mengkaji lebih dalam tentang Palestina dan menyebarluaskan fakta-fakta sejarahnya. Banyak propaganda yang berusaha menghapus jejak sejarah Islam di Palestina dengan menyebarkan narasi palsu. Oleh karena itu, peran intelektual Muslim sangat penting dalam menulis, meneliti, dan mengedukasi masyarakat tentang realitas Palestina.
Keistimewaan Palestina juga harus dipahami dalam perspektif eskatologi Islam. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa akhir zaman akan menyaksikan pertempuran besar di wilayah Syam, termasuk Palestina. Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa kaum Muslimin akan berperang melawan kezaliman di wilayah tersebut, dan kemenangan akan datang bagi orang-orang yang teguh dalam iman.
Baca Juga: Mudik Simbol Kebersamaan
Persatuan umat Islam menjadi faktor kunci dalam membebaskan Palestina. Sejarah telah membuktikan bahwa perpecahan di tubuh umat Islam selalu dimanfaatkan oleh musuh-musuh mereka. Oleh karena itu, penyatuan visi dan aksi dalam membela Palestina harus menjadi agenda utama umat Islam, baik dalam tataran individu, masyarakat, maupun negara.
Palestina bukan sekadar tanah konflik, tetapi simbol perjuangan dan keteguhan iman. Meski telah puluhan tahun ditindas, rakyat Palestina tetap berjuang dengan keberanian luar biasa. Mereka mempertahankan tanah mereka dengan segala keterbatasan, menunjukkan bahwa keimanan kepada Allah lebih kuat dari segala bentuk penjajahan.
Pada akhirnya, membela Palestina bukan hanya tanggung jawab rakyatnya, tetapi kewajiban bagi seluruh umat Islam. Tanah suci ini harus senantiasa diingat dalam doa, perjuangan, dan setiap aspek kehidupan kita. Karena sejatinya, ketika Palestina terbebas, maka kemuliaan Islam akan kembali bersinar. Wallahu a’lam.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dakwah yang Menggugah: Ketika Etika dan Adab Menjadi Kunci Keberhasilan