Kaohsiung, MINA – Departemen Ketenagakerjaan Pemerintah Kota Kaohsiung, Taiwan, menggelar kegiatan pameran yang bertajuk “Jalan-jalan pekerja migran temani kehidupan” di Kaohsiung Museum of Labor (KML), yang diresmikan Kepala Departemen Ketenagakerjaan Kota Kaohsiung Jou Deng-chuen, yang ditemani anggota DPRD Kaohsiung Lin Yu-khai, Ahad (26/12).
Pameran kali ini merupakan sebuah kolaborasi dari berbagai organisasi NGO yang berbasis di selatan Taiwan, khususnya Kaohsiung dan Pintung, yang peduli dengan kehidupan para pekerja migran asal Asia Tenggara.
Dalam rilis yang diterima MINA, Senin (27/12), 1095 Culture Studio selaku panitia pelaksana, turut mengundang 10 organisasi yang turut serta dalam pameran kali ini meliputi Pusat Layanan Pelaut dan Nelayan Gereja Presbiterian.
Taiwan, Migrant Worker Concern Desk, Forum Silaturahmi Pelaut Indonesia (FOSPI), Presbiterian Church Taiwan Labour Concern Center (PCTLCC), Taiwan International Migrants Mission (TIMM), Kaohsiung Friends of Indonesia Association (KFI), Taiwan International Family Association (TIFA), Forum Silaturahim Masyarakat Pintung (FORSIMASPIT), dan The Kaohsiung City Vietnam Home Association.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Kehidupan para pekerja migran, di mana mayoritas kini berasal dari Indonesia, dengan perbandingan 700.000 pekerja migran asing (PMA) yang ada di Taiwan, tercatat ada lebih dari 270.000 pekerja migran asal Indonesia.
Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, isu kehidupan para PMA telah menjadi perhatian penting dari pemerintah Taiwan, namun karena masih banyaknya warga setempat yang masih belum memahami kondisi kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang harus dihadapi oleh PMA, maka guna meningkatkan pelayanan dan memberikan pemahaman yang dapat menghadirkan sikap toleransi antar sesama manusia, maka pameran “Jalan-jalan” yang telah dimulai sejak Ahad kemarin ini akan terus berlangsung di Kaohsiung Museum Labor hingga 31 Desember 2022.
Pameran selama satu tahun ini juga mendapat bantuan dana penyelenggaraan dari Kementerian Kebudayaan Taiwan, dengan lokasi pameran di Kaohsiung Museum of Labour di 3F, No. 261, Zhongzheng 4th. Road, Qianjin District, Kaohsiung City, 801, Taiwan, ROC.
Dari berbagai stand lokasi pameran yang ada, pengunjung dapat melihat kondisi kehidupan para PMA, misalnya para Anak Buah Kapal (ABK) yang harus mampu mengirit air bersih takkala tengah berlayar di laut samudra, mandi di dek kapal yang tanpa sekat penutup, atau kondisi pekerja informal yang boleh dikatakan harus “Stand by” 24 jam di rumah guna mengasuh orang yang tengah dirawat.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Selain itu, masih ada beberapa area pameran yang membuat hati para PMA menjadi lebih aman dan damai, khususnya pameran kondisi kehidupan takkala para PMI dapat menjalankan ibadah sholat, membeli keperluan perlengkapan makanan dan kehidupan sehari-hari.
Kepala Departemen Ketenagakerjaan Kota Kaohsiung Jou Deng-chuen mengatakan, melalui kegiatan pameran kali ini dan juga acara kegiatan festival kebudayaan asal Asia Tenggara setiap tahunnya, selain mampu memberikan ruang bagi para pekerja migran untuk beraktivitas, juga turut dapat memberikan kesempatan bagi warga Taiwan sendiri untuk lebih mengenal kebudayaan asal negara asing yang datang masuk sehingga mampu meningkatkan rasa toleransi dan menerima setiap perbedaan yang ada.
“Dengan demikian maka perlindungan akan hak asasi kehidupan para pekerja migran asing pun dapat tercapai sekaligus turut mendorong pergerakan perekonomian di Taiwan sendiri,” pungkasnya.(R/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai