Bandar Seri Begawan, MINA – Komisi Tinggi Australia bekerja sama dengan Museum Islam Australia di Melbourne akan menggali sejarah pertama kalinya Islam masuk ke benua Kangguru itu, melalui pameran fotografi yang akan dibuka Senin depan di Brunei Darussalam.
Menurut laporan The Scoop, pameran yang dibuka untuk umum itu berjudul “Dataran Tanpa Batas: Hubungan Muslim Australia” akan dibuka pada Senin (28/1) dan berlangsung hingga Ahad (3/2) di Kompleks Perbelanjaan Mabohai, Bandar Seri Begawan, ibukota negara itu.
Saat ini, Australia menjadi rumah bagi 600 ribu lebih Muslim. Masyarakat Muslim Australia menjadi bagian penting dari tatanan sosial negara yang beragam, mulai dari politisi dan bintang olahraga hingga tokoh media, kata Komisi Tinggi Australia dalam sebuah pernyataan.
Pameran ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana Islam pertama kali datang melalui jalur pantai Australia, pada awal 1700-an saat para pelaut Muslim Melayu Bugis dari Makassar, Indonesia, melakukan kunjungan rutinan ke negeri Kangguru itu.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Kunjungan mereka diabadikan melalui artefak-artefak lukisan batu yang masih terlihat sampai sekarang. Aspek yang paling menonjol dari kunjungan mereka menuju pantai utara Australia di mana para pelaut Muslim berdagang dan berinteraksi dengan penduduk asli negara tersebut, suku Aborigin.
Hingga kini, pentunjuk Islam dapat ditemukan dalam penggunaan istilah dalam upacara-upacara beberapa komunitas Pribumi.
Hubungan awal Muslim tidak berakhir di sana, mulai tahun 1870, unta-unta dari Asia Selatan mendarat di pelabuhan di sekitar Australia membantu pendatang Inggris menjelajahi pedalaman benua ini.
Sebanyak 20 ribu unta dan empat ribu penunggang unta menghubungkan komunitas-komunitas terpencil ketika para pendatang Inggris menjelajahi pedalaman Australia yang gersang dan terisolasi.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Museum Islam Australia juga mengungkap masjid pertama Australia, yang dibangun para penunggang unta di kota ecil Marree, Australia Selatan, tahun 1861 masehi.
Kemudian dari penyelam mutiara Muslim Melayu hingga petani Albania dan migran Turki setelah Perang Dunia II, gelombang migrasi berturut-turut dari negara-negara Muslim telah memastikan bahwa kepercayaan Islam terus berkembang di Australia. (T/R01/R06)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai