Amman, MINA – Pangeran Hamzah telah menandatangani surat di mana ia berjanji untuk mematuhi tradisi dan pendekatan keluarga raja Hasyimiyah yang berkuasa, kata Pengadilan Kerajaan dalam sebuah pernyataan, Senin (5/4).
Keretakan hubungan dengan keluarga Kerajaan sebelumnya telah membuat Pangeran ditempatkan di bawah tahanan rumah.
“Saya menempatkan diri saya di tangan Yang Mulia Raja,” bunyi surat itu, menurut Pengadilan Kerajaan Yordania, Al Jazeera melaporkan.
“Saya akan tetap berkomitmen pada konstitusi Kerajaan Yordania yang terhormat, dan saya akan selalu membantu dan mendukung Yang Mulia Raja dan putra mahkotanya.”
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Pangeran Hamzah, mantan putra mahkota, menandatangani surat itu setelah dia bertemu dengan Pangeran Hassan, paman raja, dan pangeran lainnya pada hari Senin, kata Pengadilan Kerajaan.
“Kepentingan Tanah Air harus tetap di atas segala pertimbangan. Kita semua harus mendukung Raja dalam upayanya melindungi Yordania dan kepentingan nasionalnya,” kata surat itu.
Surat yang ditandatangani itu muncul setelah Raja Abdullah II setuju untuk ikut dalam mediasi guna menghilangkan keretakan dalam keluarga Kerajaan, kata Istana.
Pemerintah menuduh Pangeran Hamzah terlibat dalam konspirasi yang menghasut untuk “mengacaukan keamanan kerajaan”. Ia ditahan bersama dengan setidaknya 16 orang lainnya, termasuk Bassem Awadallah, mantan menteri kabinet dan pernah menjadi kepala istana kerajaan.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pada hari Ahad (4/4), otoritas Yordania mengatakan mereka telah menggagalkan “rencana jahat” oleh Pangeran Hamzah dengan bantuan asing. Namun, Hamzah membantah peran apapun dan mengatakan dia menjadi sasaran karena berbicara menentang korupsi dan pemerintahan yang buruk. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama