Amman, MINA – Saudara tiri Raja Yordania Abdullah II mengatakan, dirinya telah ditempatkan di bawah tahanan rumah karena menuduh “sistem pemerintahan” Kerajaan melakukan korupsi, ketidakmampuan dan pelecehan.
Pernyataan rekaman video Pangeran Hamzah bin Hussein pada hari Sabtu (3/4) muncul setelah militer Yordania membantah laporan tentang penangkapan mantan putra mahkota itu.
Namun, Pangeran Hamzah mengatakan, dia telah diminta untuk “menghentikan beberapa gerakan dan kegiatan yang digunakan untuk menargetkan keamanan dan stabilitas Yordania”, Al Jazeera melaporkan.
Militer mengatakan, peringatan kepada Pangeran Hamza adalah bagian dari penyelidikan keamanan yang lebih luas, di mana seorang mantan menteri, anggota junior keluarga kerajaan dan orang lain yang tidak disebutkan namanya, ditahan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Pangeran, bagaimanapun, bersikeras bahwa dia bukan bagian dari konspirasi. Ia mengatakan dalam sebuah video yang dikirimkan ke BBC oleh pengacaranya bahwa dia “tidak diizinkan untuk keluar, untuk berkomunikasi dengan orang-orang atau untuk bertemu dengan mereka.”
Pangeran Hamzah mengatakan, dia telah diberi tahu bahwa dia dihukum karena ikut dalam pertemuan di mana raja telah dikritik, meskipun dia mengatakan, dia tidak dituduh bergabung dalam kritik tersebut.
Orang-orang tidak lagi diizinkan untuk mengkritik pihak berwenang atau mengungkapkan pendapat “tanpa diintimidasi, dilecehkan atau diancam,” katanya.
Pangeran Hamza menambahkan, kesejahteraan orang Yordania “telah ditempatkan di urutan kedua oleh sistem pemerintahan yang telah memutuskan bahwa kepentingan pribadinya, kepentingan finansial, korupsinya, lebih penting daripada kehidupan, martabat serta masa depan 10 juta orang yang tinggal di sini.” (T/RI-1)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama