New Delhi, 17 Rabiul Awwal 1438/17 Desember 2016 (MINA) – Pangeran Yordania Ali Bin Al-Hussein menyayangkan sikap dunia dan menyatakan jika perang Suriah terjadi di Eropa, dunia mungkin akan bereaksi lebih cepat dalam menyelesaikan konflik dan juga perlakuan terhadap jutaan pengungsi akan lebih baik.
“Ini (pengungsi, red) menjadi beban bagi perekonomian kami, tapi kami percaya itu adalah tugas moral kami dan adalah sesuatu yang kami bangga bisa lakukan. Jika perang seperti ini terjadi di Eropa, saya pikir dunia akan bereaksi lebih cepat daripada saat ini di Suriah,” ungkapnya sedih kepada Thomson Reuters Foundation dalam sebuah wawancara akhir pekan ini.
Yordania menjadi salah satu negara alternatif tempat para pengungsi berhijrah sejak perang menimpa bumi Syam hampir enam tahun yang lalu. Sekitar seperlima dari 10 juta penduduk Yordania adalah pengungsi Suriah, menjadikan negara itu tuan rumah terbesar pengungsi per kapita.
“Yordania memiliki jumlah tertinggi pengungsi di dunia dalam kaitannya dengan populasi kami, namun adalah negara termiskin ketiga di dunia ketika menyangkut sumber daya air,” tambahnya.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Perang telah menumbangkan hampir 9 juta warga di Suriah dan memaksa hampir 5 juta lebih berhijrah mencari keselamatan di negara tetangga seperti Lebanon, Yordania, Turki dan lainnya.
Lebih dari satu juta pengungsi, termasuk warga Suriah, telah menyeberang ke benua Eropa, menurut PBB. Namun hanya sepersepuluh dari mereka telah diberikan suaka, di mana 65 persen diterima Jerman.
Awal bulan ini, eksekutif Uni Eropa mengatakan negara-negara anggota harus diizinkan untuk mengirim para pencari suaka kembali ke Yunani mulai pertengahan Maret depan.
“Anda tidak dapat menutup perbatasan dan menutup mata dari masalah di dunia di mana ada pemanasan global dan perang. Ada gerakan massa dari orang-orang yang akan mengguncang dunia, jika tidak ditangani dengan baik,” katanya di sela-sela konferensi hak-hak anak di ibukota India.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
“Bahkan jika negara-negara terkaya di dunia ingin menolak migran dan pengungsi ke negara-negara mereka, kemudian pergi keluar dan berinvestasi di negara-negara miskin serta membantu mereka yang membutuhkan,” tambahnya.
Beban menampung pengungsi, serta ketidakstabilan regional, anjloknya pendapatan wisata, runtuhnya rute perdagangan melalui Irak, Turki dan Suriah, telah mengambil resiko ekonomi yang dirasakan Yordania.
Pangeran Ali mendesak negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak dan memperingatkan bahwa menutup perbatasan bukan merupakan jawaban untuk membantu krisis migran.
Bank Dunia melaporkan, Yordania menghadapi angka pengangguran yang meningkat dan menurunnya investasi asing, namun menghabiskan lebih dari $ 2,5 miliar dolar AS per tahun, 6 persen dari produk domestik bruto dan 25 persen dari pendapatan tahunan nasional, untuk mengurusi para pengungsi di negara itu. (T/R04/R05)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)