Damaskus, MINA – Sebanyak 14 orang, termasuk pasukan Iran yang bersekutu dengan pemerintah Suriah, tewas dalam serangan rudal yang menargetkan pangkalan udara di Suriah tengah menjelang waktu fajar, Senin (9/4), sebuah kelompok monitor melaporkan.
Televisi pemerintah Suriah sebelumnya melaporkan, bahwa pangkalan udara T-4 di provinsi tengah Suriah Homs terkena serangan rudal, Xinhua melaporkan.
Serangan itu terjadi di tengah perdebatan internasional tentang tuduhan penggunaan senjata kimia oleh tentara Suriah dalam serangan terhadap para pemberontak di distrik Douma di ibukota desa Ghouta Damaskus.
Beberapa ledakan keras terdengar pada dini waktu setempat di dekat lapangan terbang di desa timur Homs. Hal itu kemudian dikonfirmasi menjadi serangan rudal yang menargetkan fasilitas militer.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Laporan itu mengatakan serangan rudal itu telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa, tetapi tidak memberikan angka pastinya.
Sistem pertahanan udara Suriah langsung bertindak melawan serangan itu, menghancurkan delapan rudal lainnya sebelum mencapai target, sementara yang lain menghantam pangkalan itu, katanya.
Tidak segera dikonfirmasi siapa di balik serangan itu, tetapi media yang dikelola pemerintah mengatakan serangan itu kemungkinan dilakukan oleh Amerika Serikat.
Juru bicara Pentagon AS Christopher Sherwood, membantah laporan itu. Dalam sebuah pernyataan Departemen Pertahanan AS mengatakan, tidak melakukan serangan udara di Suriah saat ini.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Presiden AS Donald Trump pada Ahad (8/4) berjanji, bahwa “harga besar” akan dibayarkan untuk apa yang dia sebut serangan senjata kimia di Douma hari Sabtu (7/4).
Thomas Bossert, penasehat keamanan Trump mengatakan, tim keamanan nasional presiden telah melakukan pembicaraan dengan Trump pada Sabtu (7/4) malam dan Ahad (8/4) pagi tentang bagaimana menanggapi serangan yang diduga kimia di Douma.
Douma adalah daerah yang dikuasai pemberontak terakhir di desa Ghouta Timur dekat Damaskus. Para pemberontak di sana menuduh pasukan pemerintah menggunakan gas klorin dalam serangan pada Sabtu (7/4) yang menargetkan daerah itu. Sementara pemerintah Suriah sendiri membantah tuduhan itu.
Sebelumnya, para pemberontak Tentara Islam di daerah itu mundur berdasarkan kesepakatan yang mereka selesaikan dengan pemerintah Suriah dan Rusia mengenai evakuasi mereka dari Douma dan menolak membebaskan orang-orang yang diculik dari penjara-penjaranya.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Tetapi hari Ahad (8/4), Angkatan Darat Tentara Islam setuju untuk mengungsi setelah operasi militer yang dilakukan selama berpekan-pekan oleh pasukan pemerintah dan membebaskan kumpulan pertama orang-orang yang diculik dari penjaranya. Tentara pemberontak juga mengirim sekelompok militan dan pejuang ke kota Jarablus yang dikuasai pemberontak di Suriah utara berdasarkan perjanjian tersebut.
Serangan rudal Senin (9/4) bukanlah serangan asing pertama terhadap Suriah, karena Amerika Serikat menargetkan pangkalan udara Shayrat di pedesaan Homs pada April tahun lalu untuk menghukum dugaan penggunaan senjata kimia oleh tentara Suriah di daerah yang dikuasai pemberontak di provinsi barat laut dari Idlib. Amerika Serikat melakukan serangan itu tanpa menunggu hasil penyelidikan siapa sebenarnya pelaku serangan kimia itu. (T/B05/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB