Gaza, MINA – Rakyat Palestina menderita kepahitan akibat agresi pendudukan zionis Israel dan genosida di Gaza, namun mereka tidak putus asa dan tidak akan patah semangat dengan keinginannya yang kuat dan tekadnya pantang menyerah.
Pengungsian berulang kali dari kota-kota di Jalur Gaza agar terhindar dari serangan peluru dan rudal Israel telah menjadi kejadian yang berulang di Jalur Gaza, yang menjadi sasaran perang pemusnahan dalam segala hal.
Dikutip dari Palinfo, Senin (13/5), setelah tentara pendudukan Israel memulai serangan daratnya di sebelah timur kota Rafah dan mengancam akan mengevakuasi lingkungan di kota tersebut, gerakan pengungsian besar-besaran mulai terjadi di daerah-daerah di tengah Jalur Gaza dan Al-Mawasi, meskipun terus menerus mengalami serangan pemboman Israel, karena tidak ada tempat yang aman di Gaza.
“Para pengungsi sekarang bingung ke mana harus pergi dan siapa yang harus mencari perlindungan mengingat kepadatan penduduk yang parah di pusat Jalur Gaza dan daerah Al-Mawasi,” ungkap sumber itu.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Koresponden Palinfo membenarkan adanya pengungsi yang mengungsi di pesisir laut untuk mendirikan tenda karena keterbatasan tempat dan ruang.
Warga Palestina, Mahmoud Al-Haddad mengatakan, setelah penderitaan parah dan perjalanan baru dalam pengungsian, ia terpaksa mendirikan tendanya di tepi pantai karena lahan menjadi terlalu sempit untuk ditampungnya.
Ia menambahkan, ia dan kelima anaknya tidur di atas pasir laut dan membungkus diri mereka dengan selembar kain sebagai selimut.
Dijelaskannya, pasir laut sangat panas dan mereka tidur di atasnya, mereka juga terpaksa memanfaatkan air laut untuk berbagai keperluan.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Di wilayah Jalur Gaza, dari Nuseirat di tengah, melalui Deir al-Balah dan Khan Yunis, terlihat bahwa para pengungsi berkumpul di pantai laut dalam suasana yang sangat kejam dan menderita.
Menurut PBB, 300.000 warga Palestina telah mengungsi dari kota Rafah sejak dimulainya operasi darat di Rafah.
Laporan PBB menunjukkan, 90 persen penduduk Jalur Gaza adalah pengungsi dan terpapar pada kondisi yang keras sebagai bagian dari perang genosida.
Di wilayah yang ditembusnya, tentara pendudukan biasanya melakukan pembantaian berdarah yang mengerikan, termasuk meledakkan rumah-rumah di atas kepala penghuninya, melakukan eksekusi di lapangan, dan penyiksaan yang mengerikan.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Tentara pendudukan Israel melanjutkan agresinya terhadap Jalur Gaza selama 219 hari, dengan dukungan Amerika dan Eropa, pesawat-pesawatnya mengebom sekitar rumah sakit, gedung, menara, dan rumah-rumah warga sipil Palestina, menghancurkannya di atas kepala para penghuninya, dan mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Menurut data PBB, agresi pendudukan yang terus menerus terhadap Gaza menyebabkan syahidnya 35.034 orang dan melukai 78.755 orang lainnya, selain itu sekitar 1,7 juta orang dari populasi Jalur Gaza harus mengungsi.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza