Kuwait City, MINA – Para aktivis kemanusiaan di Kuwait pada Sabtu (20/11), menolak keputusan Inggris untuk mengklasifikasikan Gerakan Perlawanan Islam Hamas sebagai “organisasi teroris”.
Wartawan dan peneliti Palestina Abdullah Al-Moussawi yang ikut dalam aksi penolakan mengatakan, Hamas adalah kebanggaan bangsa dalam melawan kejahatan pendudukan, dan itu berada di jalan yang benar. Quds Press melaporkan.
Al-Moussawi menjelaskan, Hamas sejak didirikan tahun 1987 oleh Sheikh Ahmed Yassin, dan hingga hari ini, telah menjadi ujung tombak perlawanan terhadap entitas Zionis yang merebut Palestina.
Ia menyatakan solidaritas rakyat Kuwait terhadap gerakan melawan pendudukan Israel.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Aktivis lainnya, Prof Abdullah Al-Shayji, guru besar ilmu politik di Universitas Kuwait, menggambarkan keputusan Inggris sebagai “kejatuhan moral”.
“Penunjukan Hamas sebagai organisasi teroris dan untuk melarangnya adalah kejatuhan moral, terutama Inggris yang pertama dihukum karena Deklarasi Balfour yang tidak menyenangkan,” ujarnya.
Pada Jumat (19/11), Menteri Dalam Negeri Inggris Priti Patel menyatakan melarang seluruh gerakan perlawanan Palestina Hamas, dan menetapkannya sebagai “organisasi teroris”.
Patel mengaitkan keputusan pelarangan itu dengan fakta bahwa Hamas memiliki kemampuan teroris yang hebat, termasuk akses ke senjata skala besar dan canggih. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)