New York, MINA – Sebuah adegan dramatis terjadi di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Jumat (27/9), saat delegasi dari berbagai negara walk out, sebagai protes terhadap pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Aksi walk out tersebut, yang dipimpin oleh delegasi Turki dan diikuti oleh negara-negara lain, merupakan tanggapan terhadap agresi militer Netanyahu yang terus berlanjut di Gaza dan Lebanon. Quds News melaporkan.
Di antara mereka yang keluar dari aula adalah delegasi Iran, yang keluar saat Netanyahu memulai pidatonya, menandakan ketidaksetujuan mereka terhadap serangan Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.
Sebelum kedatangan Netanyahu di markas besar PBB, protes meletus di seluruh Kota New York, dengan demonstran berkumpul di luar kediamannya.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Polisi New York menangkap lebih dari 25 pengunjuk rasa, termasuk aktris Rowan Blanchard, karena menghalangi rute yang diperkirakan akan ditempuh Netanyahu ke PBB.
Protes tersebut, yang diselenggarakan oleh Jewish Voice for Peace (JVP), menyerukan agar Netanyahu diadili sebagai penjahat perang atas tindakannya di Gaza.
Protes di New York juga diikuti oleh demonstrasi besar-besaran yang diselenggarakan oleh komunitas Palestina, Arab, dan Muslim di luar kediaman Netanyahu.
Ribuan orang berkumpul, meneriakkan yel-yel menentang Netanyahu dan tindakan militer Israel di Gaza serta Lebanon, serta mengutuk genosida dan kejahatan perang.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Protes diperkirakan akan terus berlanjut selama Netanyahu berada di New York, dengan para aktivis mendesak para pemimpin dunia yang menghadiri Majelis Umum PBB untuk menekan Israel agar menghentikan operasi militernya di Gaza dan Lebanon.
Awal pekan ini, para pemimpin dunia di PBB mengutuk tindakan Israel.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyebut Gaza sebagai “salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern, dan memperingatkan bahwa kekerasan kini menyebar ke Lebanon.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, yang negaranya mempelopori kasus genosida Israel di Mahkamah Internasional, menyatakan, “Kami tidak akan tinggal diam saat apartheid dilakukan terhadap orang lain.”
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Presiden Kolombia Gustavo Petro juga menyampaikan pernyataan tegas, dengan mengatakan bahwa “Pengendalian manusia atas dasar barbarisme sedang dibangun dan demonstrasinya adalah Gaza, Lebanon. Ketika Gaza mati, seluruh umat manusia akan mati.”
Ia juga mengkritik kelambanan global terhadap genosida yang sedang berlangsung.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata