Jenewa, 20 Muharam 1435/24 November 2013 ( MINA ) – Di tengan tekanan Israel dan tim lobinya, para menteri luar negeri dari enam negara besar yang berkumpul di Jenewa akhirnya menyepakati program nuklir Iran.
Untuk pertama kalinya, para utusan tinggi negara-negara pemegang hak veto itu memberi ijin kepada Teheran untuk melakukan pengayaan uranium untuk program nuklirnya yang akan ditujukan untuk kepentingan perdamaian, bukan untuk tujuan militer.
Menteri luar negeri Iran, Javad Zarif mengatakan kesepakatan yang dibuat di Jenewa merupakan kesuksesan besar bagi masyarakat internasional, terutama Iran. Kedepannya, Teheran akan memperluas kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Sementara Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan bahwa kesepakatan yang dicapai di Jenewa menunjukkan bahwa kekuatan dunia telah mempercayai Iran sebagai negara yang cinta perdamaian, bukan pembuat kerusakan. Seperti yang dilaporkan RT media dan dikutip Mi’raj News Agency ( MINA).
Dari Gedung Putih, Presiden AS Barack Obama menyataan untuk pertama kalinya, pemerintahannya menghentikan embargo terhadap Iran dan melakukan kerjasama pengembangan program nuklir dengan negara itu.
Namun, Obama mengatakan, jika Iran gagal untuk menjaga komitmennya selama enam bulan ke depan , maka AS akan kembali memberi sanksi embargo terhadap negara itu. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry juga mengatakan, Iran harus membuktikan kepada dunia, dimana mereka tidak akan mengembangkan senjata atom.
Sementara itu, Israel mengecam perjanjian nuklir negara-negara kuat dunia dengan Iran itu. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyebut kesepakatan itu sebuah “kesalahan bersejarah,” bukan sebuah perjanjian bersejarah.
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton yang memimpin kelompok G5+1 dalam perundingan dengan Iran, mengatakan bahwa kekhawatiran Israel dapat dimengerti.
“Kami berbicara sepanjang waktu dengan Israel. Mereka adalah negara penting yang pendapatnya penting bagi kami. Kami harus berusaha melindungi keamanan rakyat Israel di Timur Tengah,” kata Ashton.
Sementara Menteri Ekonomi Israel, Naftali Bennett mengatakan bahwa Israel tidak terikat dengan kesepakatan nuklir di Jenewa dan negaranya mempunyai hak untuk mempertahankan diri.
Sebelum pencapaian bersejarah tersebut, Israel berulang kali mengingatkan bahwa pencabutan sanksi ekonomi–yang merupakan bagian dari kesepakatan di Jenewa–hanya akan memberi waktu bagi Iran untuk melangkah lebih jauh dalam pengembangan persenjataan nuklir.
Baca Juga: Polandia Komitmen Laksanakan Perintah Penangkapan Netanyahu
Netanyahu–yang negaranya dipercaya sebagai satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah–menyatakan tetap akan mempertimbangkan penggunaan kekuatan militer untuk menghentikan program atom di Iran.
Namun di sisi lain, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mencoba meyakinkan Israel bahwa negara tersebut akan lebih aman dengan tercapainya kesepakatan nuklir dengan Iran
“Ini adalah langkah awal yang akan membuat negara sahabat kami di Timur Tengah menjadi lebih aman. Ini akan membuat sekutu kami, Israel, lebih aman,” kata Kerry kepada para wartawan.
“Saya secara rutin berbicara dengan Netanyahu beberapa kali dalam sepekan. Saya mengabari dia mengenai persoalan ini kemarin,” kata Kerry yang menyebut Netanyahu sebagai seorang “sahabat.”
Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Spanyol Protes Penanganan Banjir oleh Pemerintah
Menurut Kerry, perbedaan antara Amerika Serikat dan Israel mengenai program nuklir Iran hanyalah persoalan “penilaian” dan “perhitungan.”
“Tidak ada perbedaan antara kami dengan Israel karena tujuan kami sama–bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir,” kata dia.(T/P04/R2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Oxford Union Menyatakan Rezim ‘Apartheid’ Israel Lakukan Genosida