Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Parenting dan Kesehatan Mental Anak

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 40 detik yang lalu

40 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

PARENTING atau pola asuh memiliki peran sentral dalam pembentukan kesehatan mental anak. Berbagai studi menunjukkan bahwa cara orang tua berinteraksi, merespons, dan membimbing anak sejak usia dini sangat memengaruhi perkembangan emosi dan sosial mereka. Anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang, komunikasi terbuka, dan batasan yang konsisten cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dan kemampuan regulasi emosi yang lebih baik.

Menurut penelitian dari Harvard University’s Center on the Developing Child, otak anak berkembang pesat di tahun-tahun pertama kehidupan dan sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan pengasuh utama. Paparan terhadap stres kronis akibat pola asuh otoriter atau pengabaian dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan. Ini dikenal sebagai toxic stress yang dapat menghambat perkembangan sirkuit otak yang berfungsi untuk mengatur emosi dan perilaku.

Pola asuh demokratis—yang menyeimbangkan antara kehangatan dan kontrol—dianggap sebagai bentuk parenting yang paling sehat bagi perkembangan mental anak. Sebaliknya, pola asuh otoriter yang kaku dan penuh tekanan, serta permisif yang terlalu membebaskan, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan perilaku, rendahnya rasa percaya diri, serta masalah hubungan sosial di masa remaja dan dewasa.

Sebuah studi longitudinal yang dilakukan oleh University of London menemukan bahwa anak-anak yang mengalami attachment (ikatan emosional) yang aman dengan orang tua mereka pada usia dini cenderung tumbuh menjadi individu yang lebih resilien terhadap stres. Mereka memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi kegagalan, tekanan sosial, dan perubahan kehidupan yang menantang.

Baca Juga: Kemenkes: Indonesia Tetap Aman, Waspadai Lonjakan COVID-19 di Luar Negeri

Komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak berperan penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Anak-anak yang merasa didengar, dihargai, dan tidak dihakimi saat berbicara dengan orang tua mereka menunjukkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah. Penelitian menyebutkan bahwa validasi emosi anak dapat menjadi pelindung alami terhadap gangguan mental di kemudian hari.

Dampak teknologi terhadap parenting juga tidak bisa diabaikan. Banyak orang tua yang secara tidak sadar lebih sibuk dengan gadget daripada berinteraksi dengan anak. Fenomena ini, yang dikenal sebagai technoference, telah dikaitkan dalam penelitian oleh Illinois State University dengan peningkatan perilaku bermasalah dan gangguan emosi pada anak-anak, terutama jika waktu berkualitas bersama keluarga terganggu secara signifikan.

Pentingnya waktu berkualitas dalam keluarga menjadi fokus dalam berbagai studi. Bukan durasi yang utama, melainkan kualitas keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak. Aktivitas sederhana seperti makan bersama, bermain, atau membacakan cerita dapat memperkuat ikatan emosional dan menciptakan perasaan aman bagi anak, yang merupakan dasar kesehatan mental jangka panjang.

Trauma masa kecil, seperti kekerasan verbal, fisik, atau pengabaian emosional oleh orang tua, memiliki dampak yang sangat besar. Penelitian dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa adverse childhood experiences (ACEs) meningkatkan risiko gangguan mental dan fisik ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa. Pencegahan harus dimulai dari lingkungan keluarga yang suportif.

Baca Juga: Penyakit Modern: Sebab, Dampak, dan Solusi Medis Terkini

Parenting juga melibatkan keteladanan dalam mengelola emosi. Anak-anak belajar dengan mengamati. Orang tua yang mampu mengendalikan stres, mengelola kemarahan dengan baik, dan menunjukkan empati memberi model positif bagi anak-anak mereka. Ini berdampak langsung pada bagaimana anak belajar menyelesaikan konflik dan mengekspresikan diri secara sehat.

Kesehatan mental anak tidak hanya soal tidak adanya gangguan psikologis, tetapi juga mencakup kesejahteraan emosional, kemampuan membangun relasi, dan perasaan bahagia. Pola asuh yang mendorong eksplorasi, menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, dan memberi dukungan emosional telah terbukti meningkatkan well-being anak-anak secara keseluruhan.

Penting bagi orang tua untuk sadar bahwa mereka tidak harus sempurna. Konsep good enough parenting dari Donald Winnicott menekankan bahwa menjadi orang tua yang cukup baik—yang peduli, hadir, dan responsif—sudah cukup untuk mendukung perkembangan sehat anak. Kesalahan kecil dan ketidaksempurnaan adalah bagian dari proses alami dalam hubungan orang tua dan anak.

Sebagai penutup, pendidikan tentang parenting perlu menjadi bagian dari masyarakat modern. Kesehatan mental anak bukan hanya tanggung jawab psikolog atau sekolah, melainkan dimulai dari rumah. Investasi terbesar dalam generasi masa depan adalah menciptakan lingkungan pengasuhan yang sehat, suportif, dan penuh cinta. Karena dari situlah tumbuh pribadi-pribadi tangguh yang mampu menghadapi tantangan hidup dengan stabil secara emosional.[]

Baca Juga: Allah Ciptakan Herba Bukan Sia-Sia, Saatnya Kembali ke Fitrah

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Health
MINA Edu
MINA Edu
MINA Edu