Gaza, MINA – Palestina telah kehilangan sekitar USD200 juta pendapatan pariwisata akibat serangan militer brutal Israel di Gaza, menurut data resmi.
Pariwisata, khususnya di Bethlehem, telah menurun sebesar 100 persen menurut Kementerian Ekonomi Palestina, menyusul penutupan berulang kali dan penggerebekan yang semakin intensif sejak perang, yang mengakibatkan kerugian jutaan syikal. The New Arab melaporkan, Kamis (28/12).
Tujuh puluh delapan hotel, 90 toko barang antik, dan 450 operator kerajinan di kota tersebut mengalami kerugian yang menyebabkan penghentian total pekerjaan mereka, menurut para ahli.
Samir Hazboun, Kepala Kamar Dagang dan Industri Bethlehem, mengatakan hanya 118 wisatawan yang menginap di kamar hotel di Bethlehem bulan ini, di kota di mana jumlah akomodasi tersebut berjumlah sekitar 5.700.
Baca Juga: Al-Qassam Tembak Mati Tentara Zionis! Perlawanan Gaza Membara di Tengah Genosida
Dalam wawancara dengan Al-Araby Al-Jadeed, layanan berbahasa Arab The New Arab, Hazboun mengatakan “kegiatan yang berkaitan dengan hotel dan pariwisata telah dirugikan karena pabrik komersial hanya beroperasi dengan kapasitas produksi diperkirakan 30 persen”.
Betlehem, yang dalam tradisi Kristen dihormati sebagai tempat kelahiran Yesus, biasanya menyambut ribuan wisatawan dan peziarah setiap tahun, biasanya sekitar dan selama musim Natal.
Sebelum dimulainya kampanye militer Israel di Gaza, pariwisata di kota tersebut meningkat, menerima sekitar satu setengah juta pengunjung pada bulan September. Sebelum akhir tahun lalu, industri ini telah merosot secara signifikan akibat lockdown dan pembatasan terkait virus corona.
Selain itu, sejumlah besar sektor dan profesi terkena dampak penurunan pariwisata yang terus berlanjut, seperti pemandu wisata, fotografer, bengkel tembikar, dan pedagang kaki lima. Restoran, toko pakaian dan suvenir juga menghadapi kesulitan ekonomi.
Baca Juga: Israel Halangi Evakuasi Jenazah di Gaza Utara
Elias Al-Arja, Kepala Asosiasi Hotel Arab di Betlehem, membenarkan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa hampir semua hotel di wilayah tersebut ditutup.
“Hanya 400 dari 3000 pekerja yang masih bekerja di sektor pariwisata hotel, dan hotel-hotel tidak lagi mampu membayar iuran keuangan, karena kerugian sektor pariwisata sejak dimulainya perang di Gaza berjumlah sekitar 40 juta shekel, yang berarti 100 % kerugian dibandingkan dengan pendapatan finansial biasa setiap tahunnya dari periode liburan,” ujaranya.
Sektor pariwisata adalah salah satu sektor pertama yang terkena dampak langsung perang di Gaza, dimana lebih dari 21.110 orang tewas sejak tanggal 7 Oktober. Pasukan Israel juga terus menerapkan blokade penuh di wilayah tersebut, sehingga penduduk kehilangan bahan bakar, pangan, makanan dan air. Pengangguran di Gaza juga meningkat, dengan hampir 66 persen pekerjaan hilang selama dua setengah bulan terakhir.
Al-Arja memperingatkan terobosan di sektor pariwisata tidak dapat diharapkan sampai setidaknya enam bulan setelah perang berakhir. Hal ini menunjukkan kurangnya rencana alternatif untuk menghidupkan kembali industri tersebut. (T/R7/P2)
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahnya Sendiri
Mi’raj News Agency (MINA)