Strasbourg, (MINA) – Seorang Anggota Parlemen Azerbaijan menuduh politisi Eropa menggunakan kelompok teroris ISIS sebagai alasan untuk menyebarkan propaganda anti-Islam.
Ganire Pashayeva, bagia Delegasi Parlemen Azerbaijan pada Majelis Parlemen Dewan Eropa (PACE) pada Kamis (12/10) berbicara pada sesi PACE di Strasbourg, Perancis, atas nama Free Democratic Party Group. Dia mengingatkan ISIS adalah organisasi teroris internasional.
“Jadi ada orang dari berbagai negara dan agama yang berbeda dalam organisasi ini. Untuk itu tidak boleh ada yang melihat ISIS sebagai organisasi teroris hanya terdiri dari Muslim dan bertujuan menciptakan pemikiran negatif terhadap umat Islam. Saya keberatan dengan seruan beberapa politisi Eropa yang melawan umat Islam dengan berpura-pura menggunakan istilah ISIS”.
Dia juga mengatakan, saat dirinya mengunjungi pengungsi Suriah di perbatasan Turki-Suriah dan Irak, orang-orang di sana mengharapkan lebih banyak bantuan dari Eropa. Demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip Miraj News Agency (MINA).
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“ISIS merusak penduduk lokal dan juga umat Islam di wilayah tersebut. Maraknya pemikiran anti-Islam di Eropa mengganggu kita semua, dan kita bersama-sama harus melakukan upaya melawannya,” tegasnya.
Pashayeva juga berterima kasih kepada pemerintah Turki karena telah memerangi kelompok ISIS dan menampung lebih dari tiga juta orang Suriah dan memberikan segala macam bantuan kepada mereka.
Dia juga meminta Eropa untuk memperhatikan penindasan yang dihadapi oleh suku Turkmens di wilayah Bayirbucak, Suriah barat laut.
Turki menampung 3,2 juta pengungsi Suriah, lebih banyak daripada negara lain di dunia, menurut data resmi. Ankara telah menghabiskan lebih dari 25 miliar dolar AS untuk membantu dan melindungi pengungsi Suriah sejak awal perang saudara.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Suriah telah terkunci dalam perang saudara yang merusak sejak awal 2011, ratusan ribu orang terbunuh akibat konflik tersebut dan jutaan lainnya mengungsi, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (T/R03/RI-1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas