Denhaag, 6 Dzulhijjah 1437/8 September 2016 (MINA) – Seorang anggota parlemen Belanda, Tunahan Kuzu, dalam sebuah pertemuan di Gedung Parlemen di Binnenhof, Den Haag, pada Rabu (7/9) menolak berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang tengah berkunjung dua hari ke Belanda.
Kantor Berita MINA (Mi’raj Islamic News Agency) dari sumber media setempat Dutch News menyebutkan, pada pertemuan itu Netanyahu menyalami satu per satu pejabat dan politisi setempat sebelum pertemuan tertutup antara delegasi Netanyahu dengan komite urusan luar negeri parlemen Belanda.
Namun, saat Netanyahu mengulurkan tangan pada Tunahan Kuzu, politisi Muslim keturunan Turki dari Partai Denk itu menolak mengulurkan tangannya untuk Netanyahu dan hanya meletakkan tangannya di dada. Kuzu hanya tersenyum sedikit sambil menunjukkan lencana bendera Palestina yang ia sematkan di jasnya.
Netanyahu hanya mengangkat bahunya dan berlalu berjalan ke politisi lainnya. Kejadian itu sempat tertangkap kamera dan ditayangkan di media sosial.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Kepada media, Kuzu kemudian mengatakan bahwa ia memprotes karpet merah yang tak layak digelar untuk Netanyahu.
Menurut pendukung vokal hak-hak Palestina itu, ia mengunggah status di jejaring sosial yang menyebut, “karpet merah digulirkan” untuk Netanyahu sementara “pertumpahan darah di Gaza sudah dilupakan”, mengacu pada perang Israel di Jalur Gaza tahun 2014.
“Sementara jalan-jalan Gaza memerah oleh darah yang memercik dari pembuluh darah anak-anak pada musim panas 2014,” tulis Kuzu. “Itu tak layak ada jabat tangan, tapi tunjukkan #FreePalestine.”
Beberapa pengguna Twitter memuji aksi protes Kuzu, dan sebagian lagi menyebut dengan “penolakan jabat tangan sebagai tanda kekuatan.”
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Tunahan Kuzu (35), merupakan anggota parlemen Belanda dari partai Denk yang pro-imigran, yang melindungi para imigran asal Turki di Belanda.
Sebelumnya pada periode 2008-2012, ia menjadi anggota Dewan Kota Rotterdam.
Ia bersama rekannya, Selçuk Ozturk, terpilih di parlemen dan terus memperjuangkan agar masyarakat Muslim bisa masuk dalam legislasi Belanda. Mereka berdua berdarah Turki namun asli kelahiran Belanda.
Partai Denk sendiri bervisi untuk mewadahi kelompok minoritas tidak hanya untuk imigran Muslim yang menetap di Belanda. Denk memiliki arti yang serupa dengan think atau “berpikir” dalam bahasa Inggris.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mereka menyasar segmen pemilih migran yang tersebar di Belanda, sejumlah satu juta dari 17 juta orang penduduk Belanda. (T/P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza