Damaskus, 19 Muharram 1437/1 November 2015 (MINA) – Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk mengirim pasukan khusus ke Suriah dinilai sebagai tindakan agresi oleh Anggota Parlemen Suriah.
Kepada Associated Press, Anggota Parlemen Sharif Shehadeh mengatakan pada Sabtu (31/10), ia menyebut sebagai agresi karena Washington dan Damaskus tidak memiliki perjanjian pertahanan.
“Apa yang telah terjadi sehingga membuat Amerika sekarang menyadari, setelah lima tahun, menjadi merasa harus mengirimkan antara 30 hingga 50 penasihat militer?” tanya Shehadeh, mengacu sejak awal krisis di negara itu pada Maret 2011 yang sudah menewaskan lebih 250.000 orang.
Sebelumnya para pejabat AS telah mengumumkan akan menyebarkan sekitar 50 orang pasukan khusus ke Suriah utara untuk membantu pasukan Kurdi dan Arab di sana.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sebuah koalisi pimpinan AS telah menargetkan kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) dengan serangan udara sejak September 2014, telah menewaskan sekitar 12.000 anggota bersenjata tanpa sedikit pun melemahkan kelompok itu.
Keputusan untuk mengirim tentara AS ke Suriah muncul sebulan setelah Rusia mulai meluncurkan serangan udara terhadap gerilyawan di negara itu. Serangan udara Rusia sendiri berdasarkan kesepakatan dengan pemerintah Suriah.
“Ketika Amerika mengirim pasukan darat ke wilayah Suriah tanpa kesepakatan dengan pemerintah Suriah, itu menjadi intervensi dan agresi,” kata Shehadeh melalui telepon. “Apakah Amerika akan memungkinkan pasukan darat Rusia untuk pergi ke Amerika tanpa kesepakatan? Saya kira jawabannya adalah tidak.”
Keputusan AS muncul ketika aktivis mengatakan, beberapa kelompok oposisi Suriah serta milisi Kurdi YPG yang didukung AS, sedang mempersiapkan serangan terhadap ISIS di Raqqa, ibukota de facto ISIS. (T/P001/P2)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata