Amman, MINA – Di tengah meningkatnya kemarahan atas keputusan Amerika Serikat (AS) yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, parlemen Yordania hari Ahad (10/12) dengan suara bulat memutuskan untuk meninjau kembali kesepakatan damai 1994 dengan Israel.
Parlemen memberi wewenang kepada sebuah komite hukum untuk memeriksa semua kesepakatan yang ditandatangani dengan Israel, termasuk perjanjian damai, untuk mengambil keputusan mengenai hal tersebut, seperti dilaporkan media Yordania, al-Ghad.
Yordania memiliki hubungan keamanan yang kuat dengan Israel, sementara komunikasi sosial dan sipil antara kedua negara tetap rendah.
Israel dan Yordania saat ini juga mengalami ketegangan setelah seorang petugas keamanan Israel di kedutaan di Yordania menembak dan membunuh seorang remaja yang mencoba menikamnya. Seorang pengamat juga terbunuh.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Jordan menolak mengizinkan staf kedutaan untuk kembali sampai petugas keamanan itu diadili. Israel percaya bahwa dia bertindak untuk membela diri.
Ribuan orang Yordania turun ke jalan hari Jumat (8/12) untuk memprotes keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Yordania memiliki peran khusus di Yerusalem. Monarkinya adalah wali religius bagi tempat suci Muslim di Bukit Bait Suci, dan kerajaan tersebut memiliki populasi warga Palestina yang besar.
Dalam sebuah pidato Rabu dari Gedung Putih, Trump menentang peringatan dari seluruh dunia dan bersikeras bahwa setelah kegagalan berulang untuk mencapai perdamaian, sebuah pendekatan baru sudah lama terlambat, yang menggambarkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai tempat pemerintahan Israel hanya berdasarkan kenyataan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Langkah tersebut dipuji oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para pemimpin di sebagian besar spektrum politik Israel.
Trump menekankan bahwa dia tidak menentukan batas-batas kedaulatan Israel di kota tersebut, dan meminta agar tidak terjadi perubahan status quo di tempat-tempat suci di kota tersebut. (T/B05/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata