Amman, MINA – Anggota parlemen Yordania pada Selasa, 26 Marett menyerukan pembatalan kesepakatan pembelian gas yang ditandatangani dengan Israel pada tahun 2016.
Kesepakatan itu sebagai bentuk “normalisasi” ekonomi dengan Israel.
Para anggota parlemen mendesak pemerintah mencari sumber-sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan gas alam negara itu. Demikian Anadolu Agency melaporkan.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Anggota parlemen mendesak untuk memilih apakah akan meminta pemerintah membatalkan kesepakatan atau merujuknya ke pengadilan konstitusi Yordania untuk memutuskannya.
Menanggapi itu, pemerintah meminta waktu untuk mendengarkan pendapat pengadilan, apakah perjanjian harus terlebih dahulu dirujuk ke parlemen untuk diratifikasi.
Namun Ketua Parlemen, Atef Tarawneh menanggapi permintaan tersebut dengan mengatakan, “Majelis Rendah Parlemen mendukung pembatalan perjanjian dengan musuh Zionis, terlepas dari pendapat pengadilan.”
Pada 2016, Noble Energy, sebuah perusahaan perminyakan AS yang mengoperasikan ladang gas Leviathan Israel, menandatangani kesepakatan dengan Perusahaan Tenaga Listrik Nasional Yordania untuk penjualan tiga miliar meter kubik gas selama periode 15 tahun.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Kesepakatan itu, yang nilainya diperkirakan sekitar $ 200 juta, akan mulai berlaku pada kuartal pertama 2019.
Ketika ditandatangani, kesepakatan itu disambut dengan penolakan massa di Yordania, memicu serangkaian protes di ibukota Amman.
Meskipun ada penentangan publik yang signifikan terhadap normalisasi hubungan dengan Israel, pemerintah Yordania telah memperluas jaringan pipa sejak tahun lalu untuk memfasilitasi impor gas alam Israel. (T/RS2/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon