Yangon, 2 Safar 1437/14 November 2015 (MINA) – Partai oposisi pimpinan Aung San Suu Kyi memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan umum (pemilu) parlemen Myanmar, sekaligus menandai tumbangnya kekuasaan militer yang telah memerintah negara itu selama berdekade.
Meski proses penghitungan suara belum dinyatakan final, Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil sementara, Jum’at (13/11). Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Suu Kyi meraup 378 dari 664 kursi parlemen yang diperebutkan.
Sementara itu, Partai Solidaritas Persatuan dan Pembangunan (USDP) yang dipimpin Presiden Thein Sein dan disokong militer, hanya mampu meraih 40 kursi. Demikian laporan The Wall Street Journal pada Jum’at seperti dikup Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kemenagan mayoritas itu sudah melampaui syarat dua per tiga untuk bisa memilih presiden. Sementara seperempat kursi parlemen secara otomtasi dipegang oleh militer, yang berarti pengaruh junta dalam pemerintahan yang baru nanti bakal tetap ada.
Baca Juga: Demonstran Pro-Palestina di Kanada Bakar Patung Netanyahu
Myanmar melaksanakan pemilu parelemen, Minggu (8/11) lalu, diikuti oleh 30 juta pemegang hak suara dengan tingkat partisipasi mencapai 80%. Jajak pendapat tersebut dinilai oleh dunia internasional sebagai pemilu paling bebas dan jujur yang pertama selama kurun 25 tahun.
“Kehendak rakyat begitu kuat, dan mereka menginginkan perubahan nyata,” ungkap Win Htein, seorang anggota komite eksekutif NLD dan salah satu orang kepercayaan Suu Kyi. “Ini (kemenangan) merupakan beban yang sangat besar bagi kami. Kami memiliki tugas besar ke depan,” tambahnya.
Sejauh ini Suu Kyi (70) belum mengeluarkan komentar berkaitan dengan hasil baik yang diraih NLD. Di Yangon juga belum ada tanda-tanda perayaan kemenangan setelah tokoh partai menyerukan kepada para pendukungnya untuk menahan diri guna menghindari potensi reaksi negatif dari tentara yang masih sangat berkuasa.
Jika mengacu kepada sistem politik Myanmar yang kompleks, maka NLD harus bersabar menunggu hingga Maret tahun depan untuk proses peralihan kekuasaan.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Meski USDP meraih hasil buruk, kekuatan junta tetap tak bisa dipandang sebelah mata, apa lagi geliat reformasi yang berlangsung di bawah rezim Thein Sein belum sepenuhnya berjalan.
Keberhasilan NLD menguasai majelis rendah dan majelis tinggi parlemen akan memberikan kekuatan besar bagi Suu Kyi dari untuk menentukan presiden dan membentuk pemerintahan.
Tokoh prodemokrasi itu tetap tidak bisa maju sebagai presiden meski partainya menang pemilu karena terganjal konstitusi, yang mengamanatkan pemimpin negara tidak boleh memiliki keluarga keturunan asing. Sementara anak dan suami Suu Kyi berkebangsaan Inggris.
Sebelumnya, beberapa hari menjelang pemilu, pemimpin oposisi itu menegaskan ia akan menjalankan pemerintahan dengan status lebih tinggi daripada presiden jika NLD menang pemilu. “Saya sudah tegaskan, saya akan lebih berkuasa daripada presiden,” tegas Suu Kyi.
Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza
Ucapan Selamat
Presiden Sein dan Kepala Angkatan Bersenjata Min Aung Hlaing telah secara terbuka mengakui kemenangan NLD. Selain berkomitmen mematuhi hasil pemilu, kedua tokoh berpengaruh itu juga menyatakan akan membantu proses transisi kekuasaan.
Di tempat lain, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengucapkan selamat kepada Suu Kyi atas kemenangan NLD. Namun Ban juga memuji ‘keberanian dan visi’ Presiden Thein Sein di bidang ‘kepemimpinan dalam proses reformasi’.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga telah mengucapankan selamat kepada Suu Kyi dan Presiden Sein. Obama dikenal berperan penting dalam membantu transisi politik Myanmar dari pemerintahan otoriter ke demokrasi.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
Orang nomor satu di ‘Negeri Paman Sam’ itu telah mengunjungi negara Asia Tenggara berpenduduk 51 juta jiwa tersebut dua kali dalam empat tahun terakhir.
Berbeda dengan Ban dan Obama, belum ada pemimpin Tiongkok yang memberi ucapan selamat kepada Suu Kyi. Beijing selama ini dikenal dekat dengan pemerintah junta Myanmar. Pemerintahan baru di bawah NLD berpotensi merenggangkan hubungan Naypyidaw dan Beijing.
Ketika ditanya apakah Beijing telah menyampaikan ucapan selamat kepada Suu Kyi, juru bicara Kementrian Tiongkok Hong Lei tidak menjawab secara langsung. “Kami sangat berharap Myanmar dapat memiliki stabilitas politik dan dengan begitu bisa mencapai pembangunan nasional,” kata Hong. (T/P022/R02)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu