Yerusalem, MINA – Pejabat partai Islamis Ra’am (Partai Arab Bersatu) dan politisi sayap kanan Itamar Ben Gvir mengesampingkan bergabung dalam koalisi pimpinan Benyamin Netanyah, Rabu (24/3), sehingga membuat Netanyahu sulit dapat membentuk pemerintahan setelah pemilihan umum keempat berturut-turut Israel dalam dua tahun.
Dengan sebagian besar suara telah dihitung, partai Ra’am jadi penentu yang bisa menempatkan kubu Netanyahu dan saingannya di atas angka 61 kursi mayoritas di Knesset, bisa memahkotai perdana menteri berikutnya.
Namun, politisi sayap kanan, baik di blok pro-Netanyahu dan blok anti-Netanyahu, telah mengesampingkan berkoalisi dengan partai yang mereka katakan anti-Zionis. Beberapa bahkan menuduh Ra’am mendukung teroris.
Calon Anggota Knesset dari Ra’am, Mazen Ghanaim, mengatakan kepada The Times of Israel pada Rabu malam, “Tidak mungkin” bagi Mansour Abbas untuk bermitra dalam pemerintahan dengan neo-Kahanist Ben Gvir.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Akan sangat sulit untuk duduk dengan seseorang seperti Ben Gvir yang merasa sangat bermusuhan dengan masyarakat Arab. Dalam hal ini, kami dapat menuntut hak rakyat kami di luar pemerintah karena ketika Benjamin Netanyahu duduk bersama seseorang seperti Ben Gvir, sangat sulit untuk menjadi anggota koalisi (dari pemerintah itu),” kata Ghanaim.
Ditanya apakah “sangat sulit” berarti “tidak mungkin,” Ghanaim berkata, “Saya akan mengatakan bahwa itu tidak mungkin.”
Ben Gvir adalah seorang supremasi Yahudi yang akan memasuki Knesset untuk pertama kalinya bersama partai Zionisme Religius. Ia mengatakan kepada Channel 12 pada Rabu malam bahwa dia sudah harga mati untuk menentang koalisi yang sama dengan Abbas.
“Dia adalah orang yang telah menulis bahwa dia mendukung Hamas,” katanya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Ia menambahkan bahwa dia akan bertanya kepada Netanyahu apakah dia benar-benar dapat mengandalkan Abbas untuk menyetujui operasi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza.
Perkembangan lain yang mengejutkan, partai Islam Ra’am diperkirakan akan mendapat lima kursi, sehingga memegang kunci arah koalisi ke depan.
Hasil penghitungan suara sementara dari 90% suara masuk menunjukkan koalisi yang sekarang berkuasa mendapat 59 kursi parlemen, masih kurang dua lagi untuk mempertahankan mayoritas.
Ra’am, atau dikenal sebagai Partai Arab di Israel, belum memutuskan dukungannya, apakah ke Netanyahu atau membentuk pemerintahan bersama kubu oposisi.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Kelompok koalisi dalam pemerintah sekarang mendapat 56 kursi, menurut hasil penghitungan suara.
Seandainya Ra’am bergabung, mereka akan memenuhi syarat untuk membentuk pemerintahan baru. Namun, peluang ini juga sulit karena partai-partai oposisi tidak akur dan sulit diharapkan akan bersatu. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant