Beijing, 14 Jumadil Akhir 1438/13 Maret 2017 (MINA) –Partai Komunis yang berkuasa di Cina kian memperkeras retorika anti Islam.
Para pejabat tinggi partai menyampaikan peringatan berulang-ulang tentang apa yang mereka sebut sebagai momok agama ‘ekstremisme’ global yang menjalar ke negara itu.
Mereka juga menyerukan perlunya upaya untuk melindungi identitas tradisional Cina dari ekstremisme. Demikian Al Jazeera melaporkannya, Ahad (12/3), yang dikutip MINA.
Shaerheti Ahan, seorang pejabat tinggi partai di Xinjiang, Ahad (12/3), menjadi pejabat terbaru dari daerah mayoritas Muslim itu yang mengingatkan para pemimpin politik yang berkumpul di Beijing bahwa situasi antiteror internasional sedang merusak stabilitas Cina.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Selain itu, para pejabat partai dari Daerah Otonomi Ningxia Hui, yang didominasi populasi etnis Hui yang mayoritas Muslim, menyampaikan peringatan serupa pekan ini tentang bahaya ‘ekstremisme Islam’.
Berbicara pada pertemuan regional yang terbuka untuk media, Sekretaris Partai Komunis Ningxia, Li Jianguo, menarik perbandingan dengan kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump menghadapi masalah yang sama.
“Yang didorong oleh Islamic State (ISIS) dan ekstremis adalah jihad, teror, kekerasan,” kata Li. “Itulah sebabnya mengapa kita melihat Trump menargetkan Muslim dalam larangan perjalanan ke negara itu,” ia menambahkan.
“Tidak peduli apakah kebijakan anti-Muslim adalah untuk kepentingan AS atau apakah itu mempromosikan stabilitas, ini tentang mencegah ekstremisme agama menjalar ke dalam semua budaya Amerika,” ujarnya.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Selama tahun lalu, Presiden Xi Jinping telah memerintahkan Partai Komunis untuk membuat komunitas Muslim dan etnik-etnik minoritas berperilaku dengan tata cara ‘Cina’ sepenuhnya.
Pemimpin regional di Xinjiang, rumah bagi minoritas etnis Muslim Uighur, juga telah meningkatkan langkah-langkah pengawasan, patroli polisi, dan demonstrasi di tengah ketakutan akan kekerasan yang dipersalahkan pada kelompok Muslim.
Meskipun beberapa ulama mempertanyakan apakah jaringan bersenjata global telah menembus Cina, para pejabat tinggi China semakin menggemakan seruan untuk melawan ‘ekstremisme’.
Berita-berita mengenai meningkatnya sentimen anti-Islam semakin meningkat. South China Morning Post menerbitkan berita tentang semakin populernya ungkapan-ungkapan anti-Islam daring yang menargetkan kalangan pemuda Muslim Cina.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Mohammed al-Sudairi, seorang mahasiswa doktoral di Universitas Hong Kong dan pakar Islam di Cina, mengatakan komentar-komentar yang disampaikan pejabat Partai Komunis di Ningxia mencerminkan peningkatan retorika anti-Islam yang telah digulirkan selama tahun lalu oleh kepemimpinan puncak di Beijing.
“Tren yang melihat Islam sebagai masalah dalam masyarakat Cina kian menguat,” ujar Al-Sudairi.
“(Presiden) Xi Jinping cukup cemas tentang apa yang dilihatnya sebagai hilangnya kontrol partai atas lingkup agama ketika ia berkuasa, yang kemudian mengharuskan intervensi seperti ini. Saya tidak berpikir sesuatu akan berubah menjadi lunak,” kata Al-Sudairi. (R11/P1)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza