Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Partai Shas: Runtuhnya Pemerintahan Netanyahu Hanya Soal Waktu

sri astuti - Kamis, 20 Juni 2024 - 10:05 WIB

Kamis, 20 Juni 2024 - 10:05 WIB

15 Views

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam sidang Knesset (Foto: Maan)

Tel Aviv, MINA – Partai Shas, mitra politik sayap kanan Israel dalam pemerintahan koalisi, pada Rabu (19/6) mengatakan, runtuhnya pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu “hanya masalah waktu,” menurut otoritas penyiaran Israel.

Para pejabat Shas melancarkan serangan keras terhadap Partai Likud yang dipimpin Netanyahu setelah Knesset, atau parlemen Israel, menolak proyek “Rabbis Bill” yang kontroversial. Anadolu Agency melaporkan.

Netanyahu menarik “RUU Rabbi” pada hari Selasa dari agenda sebelum pembahasan pertamanya di Knesset, dengan alasan kurangnya dukungan mayoritas.

Shas mendesak pengesahan RUU tersebut, yang mengalihkan wewenang penunjukan rabbi kota dari otoritas lokal ke Kementerian Agama, yang dipimpin oleh Menteri Shas, Moshe Gafni.

Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia

Namun, anggota Likud dan partai sayap kanan Kekuatan Yahudi, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, menentang proyek tersebut.

“Tidak ada koalisi, tidak ada disiplin, dan hal yang paling membuat frustrasi adalah Likud adalah partai yang terdiri dari 35 faksi terpisah,” kata seorang pejabat Shas yang tidak disebutkan namanya kepada lembaga penyiaran publik Kan.

Penyiar tersebut mengungkap Shas akan membahas langkah-langkah yang akan diambil sebagai tanggapan atas penolakan proyek tersebut.

Pemerintahan dibentuk oleh partai Likud, Shas, Jewish Power, Religious Zionism, dan United Torah Yudaism, dan penarikan partai mana pun akan menyebabkan keruntuhan.

Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah

Selama berbulan-bulan, oposisi Israel telah menyerukan pengunduran diri pemerintah dan pemilihan umum dini, namun Netanyahu menolaknya, mengklaim hal itu akan “melumpuhkan negara” dan membekukan negosiasi pertukaran tahanan dengan kelompok Perlawanan Palestina, Hamas.​​​​​​​

Pihak oposisi menuduh Netanyahu menjalankan kebijakan yang menguntungkan kepentingan pribadinya, terutama dalam melanjutkan posisinya sebagai pemimpin Israel, dan gagal mencapai tujuan perang di Gaza, khususnya dalam melenyapkan Hamas dan membawa kembali sandera dari daerah kantong tersebut. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Internasional
Palestina