Jakarta, MINA – Pasien cacar monyet pertama Indonesia menjalani isolasi mandiri di rumah, tidak di rumah sakit.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjanra Yoga Aditama mengatakan, dalam keterangan tertulis, Ahad (21/8), setidaknya ada tiga pertimbangan apakah pasien perlu diisolasi di rumah sakit atau dapat di rumah saja.
Pertama, Seberapa beratnya keluhan dan gejala yang dialami.
Kedua, Apakah pasien memiliki keadaan kesehatan atau faktor risiko yang memungkinkan penyakitnya menjadi lebih berat atau tidak.
Baca Juga: Pemerintah Jamin Stok Minyak Aman Jelang Nataru
Ketiga, Apakah pasien memang dapat menjamin meminimalisasi kemungkinan penularan ke orang lain kalau dia diisolasi di rumah atau tidak.
“Kalau keputusan akhirnya adalah untuk dilakukan isolasi di rumah, seperti juga kasus pertama di Indonesia, maka Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menganjurkan enam hal,” kata Tjandra.
Keenam hal tersebut yakni:
Pertama, Gunakan kamar mandi terpisah, atau bersihkan kamar mandi dan toilet setiap kali habis dipakai.
Baca Juga: Lemahnya Peradaban Indonesia Dimulai dari Masalah Jebakan Epistimologi
Kedua, Bersihkan benda-benda yang dipegang pasien dengan air dan sabun atau desinfektan. Disebutkan agar jangan gunakan alat penghisap (vacuum cleaner) untuk membersihkan karena partikel virus malah dapat menyebar dan menimbulkan penularan.
Ketiga, Gunakan alat makan, handuk, seprai, dan lainnya yang terpisah, jangan digunakan bersama orang sehat di rumah.
Keempat, Pasien baiknya mencuci sendiri pakaian, seperei, handuk, dan barang lain yang ia gunakan. Mencucinya jangan terlalu banyak dikucek dan cuci dengan air hangat di atas 60 derajat Celsius. “Kalau terpaksa yang mencuci adalah orang lain maka si pencuci dianjurkan harus memakai masker dan sarung tangan,” ujarnya.
Kelima, Bukalah jendela kamar agar terjadi pertukan udara dengan baik.
Baca Juga: Ketua Presedium AWG: Gaza Simbol Jihad dan Ketahanan Umat Islam
Keenam, Anjurkan semua orang di rumah untuk selalalu mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.
“WHO juga menyebutkan bahwa isolasi perlu dilakukan sampai seluruh kelainan kulit sudah lepas dan baik, serta lapisan kulit baru di bawahnya sudah mulai terbentuk,” kata mantan Direktur WHO Asia Tenggara serta Mantan Dirjen P2P dan Ka Balitbangkes ini.(R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Solidaritas Palestina Menggema di Brebes dan Tegal, Ratusan Warga Konvoi Kendaraan