Zamboanga City, Filiphina, 6 Dzulqaidah 1434/11 September 2013 (MINA) – Pasukan Filiphina telah mengepung enam desa di bagian selatan negara itu, Zamboanga City, di mana ratusan pejuang Front Pembebasan Nasional Moro (Moro National Liberation Front/MNLF) memegang setidaknya 170 orang sandera.
Pertempuran baru dilaporkan terjadi pada Selasa (10/9), karena enam tank militer masuk ke daerah tersebut, Aljazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Juru bicara militer Letnan Kolonel Ramon Zagala mengatakan bahwa kebuntuan dimulai sehari sebelumnya setelah pejuang MNLF berbaris ke Zamboanga City mengibarkan bendera mereka di balai kota.
Setidaknya enam orang, termasuk seorang prajurit angkatan laut, tewas ketika angkatan laut Filiphina mencoba memblokir para pejuang dan sekitar 220 warga sipil awalnya disandera, kata para pejabat militer setelah serangan fajar.
Baca Juga: WHO: Kurangnya Layanan Kesehatan Mental di Afghanistan Sangat Mengkhawatirkan
Zagala mengatakan, para sandera sedang digunakan sebagai perisai manusia oleh 300 pejuang MNLF. Sekretaris Jenderal MNLF Abdul Sahrin menyalahkan faksi yang dipimpin oleh Nur Misuari karena melaksanakan serangan itu. Misuari adalah pendiri dan mantan pemimpin pertama MNLF, yang sebelumnya menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah Filiphina.
Juru bicara Misuari, Emmanuel Fontanilla, justeru menyalahkan militer atas serangan itu. Ia mengatakan bahwa pihaknya tidak menyerang jika tidak ada tindakan ofensif dari militer, dan tidak akan pernah ada bentrokan.
Fontanilla mengatakan kelompoknya merencanakan aksi protes di Zamboanga City, mirip dengan pertemuan pekan lalu di kota Davao yang berakhir damai. Jam malam telah diberlakukan di Zamboanga.
“Media lokal mengatakan para pejuang telah mengeluarkan dua tuntutan. Mereka ingin diperbolehkan berjalan dengan sandera mereka di Zamboanga City Hall sehingga mereka dapat mengibarkan bendera MNLF,” kata Ted Regencia, seorang wartawan Filiphina.
Baca Juga: Demonstrasi pro-Palestina Warnai Kunjungan Menlu Israel ke Jepang
“Mereka juga menuntut pasukan pemerintah tidak menembak mereka dan membiarkan mereka terus bersama sandera mereka, (tapi) Walikota Zamboanga City Beng Climaco menolak kedua tuntutan.”
Claire Jose, seorang petugas kesehatan daerah di Zamboanga City, mengatakan bahwa kota tampak seperti kota hantu. Tambahan pasukan pemerintah telah tiba di Pangkalan Udara Andrews Edwin, markas angkatan udara Filiphina di kota, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Perlawanan Puluhan Tahun
MNLF menandatangani perjanjian damai 1996 dengan pemerintah, tapi banyak dari pejuangnya memegang senjata dan menuduh para pejabat mengingkari janji untuk mengembangkan daerah otonom untuk minoritas Muslim di selatan dari mayoritas Katolik Roma Filiphina.
Kelompok itu mengatakan mereka ditinggalkan dalam negosiasi pemerintah dengan kelompok pejuang lain, Front Pembebasan Islam Moro (Moro Islamic Liberation Front/MILF), yang memisahkan diri dari MNLF pada awal tahun 1980.
Baca Juga: India Bantah Klaim Trump tentang Janji Perdagangan Dalam Gencatan Senjata dengan Pakistan
11.000 kekuatan MNLF telah terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Filiphina yang ditengahi Malaysia, yang telah berkembang menuju kesepakatan otonomi Muslim baru.
Sebuah perjuangan perlawanan puluhan tahun oleh para pejuang Muslim di selatan telah menewaskan sekitar 150.000 orang.
MNLF diakui secara internasional oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Uni Parlemen Negara Anggota OKI (Parliamentary Union of OIC Member States/PUIC).
Sejak tahun 1977, MNLF telah menjadi anggota pengamat OKI, organisasi terbesar kedua antar-pemerintah setelah PBB. Keanggotaannya sudah 57 negara yang tersebar di empat benua.
Baca Juga: Gencatan Senjata India-Pakistan Berlanjut, Ketegangan Mulai Mereda
Pemerintah Filipina juga meminta pengakuan yang sama sebagai anggota peninjau tapi ditolak oleh OKI. Pada tanggal 30 Januari 2012, MNLF menjadi anggota pengamat dari PUIC, yang disetujui pada sesi global PUIC ke-7 yang diselenggarakan di Palembang, Indonesia. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: OCHA: Krisis Air Afghanistan Makin Parah
Baca Juga: Angkatan Udara India Akui Kerugian dan Sebut Semua Pilotnya telah Pulang