Yerusalem, MINA – Pasukan Israel mengisyaratkan peralihan fokus serangan ke wilayah Tepi Barat yang diduduki, setelah pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Pada Selasa (14/1), saat negosiasi gencatan senjata Gaza hampir selesai, Israel melancarkan serangan pesawat nirawak yang mematikan terhadap daerah sipil padat penduduk di Kamp Pengungsi Jenin, Tepi Barat, dan menewaskan 6 warga Palestina.
Menurut laporan Palestine Chronicle, Jumat (17/1), serangan Israel tersebut menjadi sinyal untuk apa yang mungkin akan terjadi.
Hampir 800 warga Palestina telah dibunuh oleh tentara dan pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober 2023.
Baca Juga: Perbatasan Rafah Akan Dibuka dalam 14 Hari Setelah Pertukaran Tawanan
Hal itu berarti bahwa periode sejak Genosida Gaza dimulai adalah paling mematikan yang pernah tercatat bagi warga Palestina dalam sejarah Tepi Barat pasca-1967.
Menurut basis data kelompok hak asasi manusia terkemuka Israel, B’Tselem, ada 736 warga Palestina yang tewas di Tepi Barat, dalam rentang waktu yang sama sejak perang di Gaza dimulai, selama periode paling mematikan dari Intifada Kedua, antara 7 Oktober 2001 hingga 16 Januari 2003.
Pada awal Januari dilaporkan oleh Israel Hayom bahwa pejabat senior di militer Israel telah berulang kali meminta masuknya tank ke Tepi Barat, tetapi permintaan mereka akhirnya ditolak dengan alasan penggunaannya di Gaza dan garis depan utara.
Israel mengklaim telah mencegat pengiriman senjata dari Yordania yang mencakup RPG.
Baca Juga: Kekompakan Aparatur Pemerintah di Gaza Gagalkan Rencana Israel
Sementara pembenaran kini diajukan mengenai mengapa tentara Israel harus mengerahkan peralatan militer yang lebih canggih dan mematikan ke Tepi Barat. Ada juga ancaman bahwa milisi pemukim bersenjata akan melancarkan perang berkelanjutan terhadap desa-desa Palestina untuk membersihkan mereka secara etnis.
Sementara militer Israel menekan pasukan keamanan Otoritas Palestina (PA) untuk berperan dalam membantu menumpas aksi perlawanan dengan kekerasan.
Meskipun pasukan Otoritas Palestina telah membunuh dan menangkap pejuang anti-pendudukan Palestina, Otoritas menahan diri untuk tidak melancarkan serangan habis-habisan, seperti yang diusulkan oleh koordinator keamanan AS Michael Fenzel pada awal tahun 2023.
Itu terjadi hingga Desember tahun lalu, ketika Presiden Otoritas Mahmoud Abbas memerintahkan operasi militer untuk menghancurkan Brigade Jenin di dalam kamp pengungsi Jenin.
Baca Juga: Kabinet Keamanan Ajukan Persetujuan Gencatan Senjata Kepada Kabinet Penuh Israel
“Rencana Fenzel” yang kontroversial disusun untuk memastikan Otoritas Palestina menggunakan unit keamanan khusus mereka, yang dilatih oleh Amerika Serikat di Yordania, untuk meluncurkan kampanye di Tepi Barat utara.
Setelah gugurnya para pejuang dan warga sipil, termasuk anak-anak dan seorang jurnalis wanita, pemutusan air, listrik, pemberlakuan jam malam, dan pengepungan penduduk sipil selama 40 hari, Brigade Jenin mengumumkan bahwa mereka telah membuat kesepakatan dengan Otoritas Palestina untuk mengakhiri kekerasan.
Namun kemudian, militer Israel memutuskan untuk melancarkan tiga serangan pesawat nirawak di dekat sebuah rumah di kamp pengungsi Jenin, menewaskan 6 warga sipil dan melukai dua lainnya.
Sementara pasukan keamanan Otoritas Palestina kehilangan lebih banyak personilnya sendiri daripada Brigade Jenin. Tewasnya pasukan Otoritas Palestina hampir semuanya karena kesalahan penanganan senjata mereka sendiri. []
Baca Juga: Kabinet Keamanan Israel Setujui Genjatan Senjata dengan Hamas
Mi’raj News Agency (MINA)