Gaza, 28 Jumadil Awwal 1437 / 7 Maret 2016 (MINA) – Sejak Januari 2016, sebanyak 23 wartawan dari berbagai media di Palestina dan asing, yang sedang meliput, menjadi sasaran serangan pasukan bersenjata Israel, di antaranya 12 serangan pada Februari yang baru lalu.
Serangan pada wartawan bertujuan agar aksi-aksi Israel tidak menjadi berita. “Aksi-aksi pasukan Israel ini menghambat pekerjaan wartawan dan menempatkan para wartawan dalam kondisi yang beresiko,” demikian IMEMC News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (7/3).
Laporan itu menjelaskan, wartawan menjadi sasaran serang fisik, tembakan peluru besi, tabung gas air mata, dan penangkapan, hingga mengakibatkan terganggunya kebebasan bekerja dan berbicara pers yang sebetulnya dijamin oleh hukum internasional.
Pada Januari, 11 wartawan menjadi sasaran, sementara 12 lainnya terdaftar diserang oleh pasukan Israel selama Februari.
Baca Juga: Al-Qasam Rilis Video Animasi ”Netanyahu Gali Kubur untuk Sandera”
Delapan wartawan mengalami luka akibat dipukul dengan peluru baja berlapis karet, sementara empat lainnya ditangkap, ditahan, dan ditembak tanpa dipukul.
Pada 3 Februari lalu, polisi Israel menginterogasi pemandu acara “Selamat pagi Al-Quds” wartawan Nader Bebars, selama sekitar empat jam, dengan dalih isi acaranya adalah menghasut melawan Israel. Polisi Israel menuntut dia untuk tidak membahas politik di acaranya.
Pada hari yang sama, polisi Israel menyerang secara fisik koresponden Palestina, Ahmad Jaradat. di kota Al-Quds.
Pada 4 Februari, tentara Israel menyerang secara fisik wartawan foto, Ishaq Kasbe, saat ia sedang meliput serangan Israel di Al-Quds.
Baca Juga: Tentara Cadangan Israel Mengaku Lakukan Kejahatan Perang di Gaza
Tentara Israel juga menculik wartawan Palestina yang benama, Mujahed Saadi di rumahnya di daerah Jenin, dan kemudian pengadilan Israel memutuskan untuk menahannya di penjara Jalama.
Sementara itu, Mahkamah Agung Israel, memutuskan untuk menangguhkan penahanan administratif tahanan Palestina, Mohammad al-Qeeq, yang telah ditahan sejak November 2015, dan sudah mengadakan mogok makan selama 94 hari.
Pada tanggal 5 Februari, pasukan Israel menyerang reporter Anadolu News Agency dari Turki, Hisham Abu Shakra, karena meliput bentrokan yang terjadi antara seorang warga Palestina yang tidak bersenjata dan pasukan Israel, di pintu masuk utara kota Betlehem.
Pada 12 Februari, tentara Israel menyerang wartawan foto WAFA, Ayman Nubani dan wartawan foto Muhammad Turabi, 24 tahun, selama protes non-kekerasan di Kafr Qaddoum, dekat Qalqilia.
Baca Juga: Jihad Islam Kecam Otoritas Palestina yang Menangkap Para Pejuang di Tepi Barat
Wartawan foto dari European Pressphoto Agency, Alaa Badarneh menderita patah tangan saat meliput bentrokan di desa yang sama, pada 20 Februari.
Pada 26 Februari, wartawan video untuk Yordania Roya TV, Mohammad Shoshe, dipukul dengan bom suara yang dibakar hingga mengakibatkan memar pada bagian kaki, saat meliput protes di dekat Masjid al-Ibrahimi, di kota Hebron.
Pada hari yang sama, wartawan Kuwait Nayed Shaher tercekik karena menghirup gas air mata selama protes mingguan terhadap pemukiman dan dinding apartheid. Pada 27 Februari, wartawan foto Mohammad Jaradat diserang ketika meliput protes untuk menandai ulang tahun ke-22 pembantaian di Masjid Ibrahimi di Hebron. (T/nrz/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Larang Renovasi Masjid Al-Aqsa oleh Wakaf Islam