Tarhuna, Libya, MINA – Setelah 14 bulan dan ratusan nyawa hilang, upaya komandan militer pemberontak Khalifa Haftar untuk merebut Tripoli dan menjadi penguasa Libya secara efektif berakhir.
Pada hari Jumat (5/6), pasukan setia Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB merebut total kota Tarhuna, benteng terakhir Haftar di Libya barat, demikian dikutip dari Al Jazeera.
Itu terjadi sehari setelah GNA mengumumkan penguasaan kembali wilayah Tripoli secara keseluruhan.
Pada April 2019, hanya beberapa hari sebelum pembicaraan damai yang disponsori PBB, Haftar mengumumkan operasi militer untuk merebut kendali Tripoli, ibukota tempat GNA berpusat sejak awal 2016.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Haftar didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir dan Rusia, sedangkan pemerintahan Perdana Menteri Fayez Al-Sarraj yang berbasis di Tripoli didukung oleh Turki.
Perancis secara resmi mendukung GNA.
Amerika Serikat telah mengirim sinyal beragam, dengan Presiden Donald Trump awalnya memuji Haftar untuk perannya dalam memerangi “terorisme”, tetapi menuding Rusia mengerahkan selusin jet tempur ke Libya untuk memperluas “tapak militernya” di Afrika. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa