Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasukan Perdamaian Kongo Dituduh Bunuh Warga Afrika Tengah

Rudi Hendrik - Selasa, 2 Agustus 2016 - 00:30 WIB

Selasa, 2 Agustus 2016 - 00:30 WIB

720 Views

Poeple and blue helmet members of the United Nations Organization Stabilization Mission in the Democratic Republic of Congo MONUSCO stand near a UN armoured vehicle on October 23, 2014 in Beni. Several violent protests have erupted since October 21 in the east of the Democratic Republic of Congo to demand the departure of MONUSCO, accused of failing to prevent recent massacres in the Beni territory, attributed to Islamist Ugandan rebels of the Allied Democratic Forces (ADF), in which 80 civilians were killed in less than two weeks. AFP PHOTO / ALAIN WANDIMOYI

Boali, 27 Syawwal 1437/1 Agustus 2016 (MINA) – Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika asal Kongo dituding telah membunuh belasan warga Republik Afrika Tengah (CAR).

Seorang warga bernama Kounamon Maurice akhirnya bisa mengubur jenazah adiknya Kolofio Robert pada Februari lalu, setelah lebih dari setahun menghilang.

Keluarganya mengatakan, Robert bersama 11 orang lain, telah dihukum mati oleh tentara dari Kongo Brazzaville yang merupakan bagian dari pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.

Saat ia mencari keadilan, Maurice terlihat bersama enam anak Robert, demikian Al-Jazeera memberitakannya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Baca Juga: Mahkamah Agung: TikTok Dilarang di AS Mulai 19 Januari

“Kami sudah bertemu orang-orang hak asasi manusia. Saya konsen agar keadilan ditegakkan,” katanya. “Dia meninggalkan saya bersama anak-anak, saya tidak punya pekerjaan, saya tidak bisa merawat mereka dan saya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk mengurus kematiannya,” tambahnya.

Robert adalah seorang pemimpin daerah anti-Balaka, sebuah kelompok pemberontak Kristen yang sebelumnya menjadi salah satu kelompok yang terlibat perang sektarian di Republik Afrika Tengah.

Warga di Boali, kota timur laut asal Robert, mengatakan, ia memilih perdamaian tapi pertengkaran dengan komandan Kongo Uni Afrika menyebabkan kematiannya.

Sebagian besar mayat yang digali bersama jenasah Robert ditandai karena sudah sangat sulit mengidentifikasi mayat yang sangat membusuk. Di antara mayat itu ada wanita hamil.

Baca Juga: Kebakaran Kembali Landa AS, Kali Ini Akibat Ledakan Pabrik Baterai di California

“Apa yang saya lihat hanya tengkorak dan tulang. Saya tidak bisa mengatakan siapa, tapi saya kenal mereka karena pakaian dan beberapa perhiasannya,” kata Dabele Nguile Frederick, yang menyaksikan penggalian.

Frederick menambahkan bahwa ia yakin mereka dibunuh di sebuah pangkalan militer dekat lapangan di mana mereka dikuburkan.

Sebuah misi PBB telah mengambil alih keamanan di negara itu dari pasukan Uni Afrika pada September 2013. Sejak itu, PBB telah mengirim tentara Uni Afrika yang dituduh melakukan pembunuhan pulang ke negara asalnya.

Lembaga hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) sedang menyelidiki kematian 18 orang yang tewas antara 2013 hingga 2015.

Baca Juga: PBB: Israel Bunuh 35 Anak Palestina Setiap Hari

Sementara pejabat militer Kongo mengatakan, mereka secara independen menyelidiki kematian baru-baru ini, pejabat di Uni Afrika telah menyerahkan kasus ini ke PBB. (T/P001/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: India Dapat Kuota Haji 175.025 Jamaah Pada 2025

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional
Indonesia
Indonesia