Boali, 27 Syawwal 1437/1 Agustus 2016 (MINA) – Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika asal Kongo dituding telah membunuh belasan warga Republik Afrika Tengah (CAR).
Seorang warga bernama Kounamon Maurice akhirnya bisa mengubur jenazah adiknya Kolofio Robert pada Februari lalu, setelah lebih dari setahun menghilang.
Keluarganya mengatakan, Robert bersama 11 orang lain, telah dihukum mati oleh tentara dari Kongo Brazzaville yang merupakan bagian dari pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika.
Saat ia mencari keadilan, Maurice terlihat bersama enam anak Robert, demikian Al-Jazeera memberitakannya yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
“Kami sudah bertemu orang-orang hak asasi manusia. Saya konsen agar keadilan ditegakkan,” katanya. “Dia meninggalkan saya bersama anak-anak, saya tidak punya pekerjaan, saya tidak bisa merawat mereka dan saya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk mengurus kematiannya,” tambahnya.
Robert adalah seorang pemimpin daerah anti-Balaka, sebuah kelompok pemberontak Kristen yang sebelumnya menjadi salah satu kelompok yang terlibat perang sektarian di Republik Afrika Tengah.
Warga di Boali, kota timur laut asal Robert, mengatakan, ia memilih perdamaian tapi pertengkaran dengan komandan Kongo Uni Afrika menyebabkan kematiannya.
Sebagian besar mayat yang digali bersama jenasah Robert ditandai karena sudah sangat sulit mengidentifikasi mayat yang sangat membusuk. Di antara mayat itu ada wanita hamil.
Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza
“Apa yang saya lihat hanya tengkorak dan tulang. Saya tidak bisa mengatakan siapa, tapi saya kenal mereka karena pakaian dan beberapa perhiasannya,” kata Dabele Nguile Frederick, yang menyaksikan penggalian.
Frederick menambahkan bahwa ia yakin mereka dibunuh di sebuah pangkalan militer dekat lapangan di mana mereka dikuburkan.
Sebuah misi PBB telah mengambil alih keamanan di negara itu dari pasukan Uni Afrika pada September 2013. Sejak itu, PBB telah mengirim tentara Uni Afrika yang dituduh melakukan pembunuhan pulang ke negara asalnya.
Lembaga hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) sedang menyelidiki kematian 18 orang yang tewas antara 2013 hingga 2015.
Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania
Sementara pejabat militer Kongo mengatakan, mereka secara independen menyelidiki kematian baru-baru ini, pejabat di Uni Afrika telah menyerahkan kasus ini ke PBB. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan