Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PASUKAN PERDAMAIAN PBB TEWAS DI SUDAN SELATAN

Admin - Jumat, 20 Desember 2013 - 03:41 WIB

Jumat, 20 Desember 2013 - 03:41 WIB

779 Views ㅤ

Juba, Sudan Selatan, 17 Safar 1435/20 Desember 2013 (MINA) – Tiga tentara penjaga perdamaian PBB asal India tewas ketika markas mereka diserang di Sudan Selatan, Kamis (19/12).

Pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah meningkatkan kekhawatiran negara termuda di dunia itu menuju ke arah perang saudara, lapor Modern Ghana yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).

Utusan India untuk PBB Asoke Mukerji mengatakan, tiga orang ditargetkan dan dibunuh selama serangan yang dilakukan oleh pemuda etnis Nuer di pangkalan Akobo, negara bagian Jonglei.

Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq mengatakan, kemungkin ada korban lain dari lebih 30 sipil etnis Dinka yang berlindung di pangkalan, nasib mereka tidak diketahui.

Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas

“Kami telah menerima laporan korban tewas dan terluka, dan sedang dalam proses verifikasi,” kata Wakil Sekjen PBB Jan Eliasson.

Sebanyak 40 pasukan penjaga perdamaian PBB lainnya dan enam penasihat polisi PBB yang ada di kamp telah dipindahkan ke tempat yang aman.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB telah menyerukan konsultasi darurat pada Jumat (20/12). Serangan terhadap markas PBB terjadi setelah pasukan yang setia kepada buronan mantan Wakil Presiden Riek Machar merebut kota Bor, Rabu malam.

Presiden Salva Kiir mengatakan, dia siap untuk berdialog, tapi Machar yang dipecat oleh Presiden pada bulan Juli, menolak tawaran itu. Dalam sebuah wawancara dengan radio RFI, Machar mengatakan dia telah mengajukan banding ke partai yang berkuasa dan militer untuk menurunkan Salva Kiir dari kursi kepresidenan.

Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia

Sekitar 450 orang telah tewas di ibukota Juba sejak pertempuran pecah pada Ahad (15/12), termasuk sekitar 100 tentara, kata juru bicara militer. Lembaga hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch mengatakan, saksi melaporkan kasus mengerikan dari kedua pihak pasukan yang mengeksekusi orang berdasarkan suku mereka untuk balas dendam. 

Namun, pemerintah bersikeras berpendapat bahwa bentrokan lebih bermotif dari kekuasaan dan politik. Pernyataan pemerintah pada Kamis mencatat, dari 11 tokoh kunci yang ditangkap sejak pertempuran dimulai, hanya dua tokoh yang beretnis Nuer. (T/P09/P01).

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Rekomendasi untuk Anda