Benghazi, MINA – Pasukan yang setia kepada Khalifa Haftar ingin jatah pendapatan minyak Libya didistribusikan ‘secara adil’ di antara faksi-faksi yang bersaing.
Pasukan yang setia kepada komandan militer Libya yang memberontak mengatakan, mereka hanya akan mengizinkan pembukaan kembali ladang dan terminal minyak jika mekanisme telah ditetapkan untuk mendistribusikan pendapatan secara adil di seluruh negara itu, demikian dikutip dari The New Arab.
Suku-suku kuat di Libya timur yang setia pada Khalifa Haftar menutup terminal ekspor dan menghentikan jalur pipa utama pada awal tahun. Langkah itu bertujuan menekan saingan mereka di pemerintah yang didukung PBB di ibu kota, Tripoli, di barat negara itu.
Dalam sebuah pernyataan Sabtu malam, Ahmed al-Mosmari, juru bicara pasukan Haftar, menyerukan agar pendapatan minyak mengalir ke rekening bank di negara asing dengan “mekanisme yang jelas” untuk mendistribusikan dana secara adil di antara wilayah-wilayah Libya. Dia tidak menyebutkan nama negara untuk menjadi tuan rumah akun tersebut.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Dia juga menuntut jaminan internasional bahwa pendapatan minyak tidak akan digunakan untuk mendanai “teroris dan tentara bayaran.”
Al-Mosmari juga menyerukan audit ke bank sentral Libya di Tripoli untuk meninjau pengeluaran dalam beberapa tahun terakhir.
Minyak yang menjadi jalur kehidupan ekonomi Libya, telah lama menjadi pusat perang saudara, ketika pemerintah saingan saling berperang untuk menguasai cadangan terbesar Afrika itu. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)