Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasukan Tripoli dan Turki Hancurkan Pertahanan Udara Rusia di Libya

Rudi Hendrik - Senin, 25 Mei 2020 - 12:25 WIB

Senin, 25 Mei 2020 - 12:25 WIB

11 Views

Amsterdam, MINA – Pasukan Pemerintah Libya di Tripoli yang dibantu oleh militer Turki membuat langkah tiba-tiba, merebut serangkaian kota dari pasukan pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA), merebut pangkalan udara penting Al-Watiya yang strategis, dan menghancurkan beberapa sistem pertahanan udara buatan Rusia.

Lembaga pengamat di Belanda, Clingendael Institute, menilai kemunduran yang dilakukan oleh pasukan LNA pimpinan Jenderal Khalifah Aftar dan pasukan pejuang Rusia dari Libya barat adalah kemajuan penting bagi gna&submit=Search">Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui dunia internasional.

“Penarikan (pejuang Rusia) dari wilayah Tripoli yang lebih besar adalah peristiwa yang sangat berarti karena melepaskan LNA dari pasukan tempur asing yang paling efektif dan paling lengkap di front utama itu,” kata Jalel Harchaoui, peneliti di Clingendael Institute, demikian dikutip dari Al Jazeera.

Selain militer Turki, GNA juga dibantu oleh pejuang oposisi Suriah sekutu Turki.

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Sementara Haftar, selain didukung pasukan asing Rusia, ia juga didukung Mesir dan Uni Emirat Arab, termasuk pejuang asal Sudan.

LNA masih memegang kota Tarhouna di selatan Tripoli dengan bantuan kelompok bersenjata setempat.

Pasukan Haftar telah berusaha merebut Ibu Kota selama 13 bulan, tetapi menderita serangkaian kekalahan dalam beberapa pekan terakhir dalam pertempuran melawan pasukan pemerintah Tripoli yang didukung Turki.

Dalam dua hari terakhir, pasukan LNA telah mundur dari beberapa posisi di Tripoli selatan dalam apa yang mereka sebut sebagai “gerakan kemanusiaan.” Pasukan yang bersekutu dengan pemerintah yang diakui secara internasional memasuki kembali beberapa area tersebut.

Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza   

Libya telah tanpa kendali pemerintah pusat selama sembilan tahun. Sejak 2014 telah dibagi antara dua pemerintah saingan utama di timur dan barat, Tobruik dan Tripole. Konflik telah berubah menjadi perang proksi antara sekutu asing kedua belah pihak. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Eropa
Internasional
Afrika
Indonesia