Donetsk, 19 Rajab 1435/18 Mei 2014 (MINA) – Sekelompok anggota pasukan Ukraina menyatakan diri membelot dan memilih bergabung dengan Republik Rakyat Donetsk.
Peristiwa itu terjadi setelah Republik Rakyat Donetsk menyatakan “tidak” usai mengadakan pembicaraan dengan para wakil pemerintah sementara Kiev yang pro Rusia.
Perdana Menteri Republik Donetsk Aleksandr Boroday bersumpah pada hari Sabtu (17/5) bahwa tidak akan ada negosiasi sampai penarikan lengkap pasukan Kiev dari daerahnya.
“Selama wilayah diduduki, tidak akan ada dialog dengan Kiev,” kata Boroday kepada kantor berita lokal Ostrov, Press TV yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Raja Belgia Minta Eropa Tegas, Genosida di Gaza Aib bagi Kemanusiaan
Pernyataan itu muncul bersamaan dengan keputusan Presiden Ukraina Oleksandr Turchynov mengganti empat kepala wilayah di provinsi Donetsk.
Sebaliknya, Jaksa Agung Ukraina memberikan stigma kepada Republik Donetsk dan Luhamnsk sebagai “organisasi teroris”.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Sabtu, Kantor Kejaksaan mengatakan dua wilayah tersebut memiliki dukungan para pemodal dan saluran pasokan senjata.
Sementara itu, pasukan pertahanan diri Donetsk mengatakan mereka telah menangkap hampir 100 orang yang memprovokasi melawan proklamasi republik yang dilakukan secara sepihak di kawasan itu.
Baca Juga: Polisi Belgia Tangkap Dua Tentara Israel terkait Perang di Gaza
Selain itu, batas waktu ultimatum yang diberikan oleh pasukan pertahanan diri Donetsk yang menuntut penarikan pasukan dari wilayah Ukraina, telah melewati batas waktu yang diberikan yakni Jumat.
Wakil Komandan “Milisi Rakyat Donbass”, Sergey Zdrilyuk, mengancam akan menggunakan kekuatan terhadap pasukan militer Kiev jika permintaan itu tidak dipenuhi.
Pada12 Mei, dua wilayah timur Ukraina Donetsk dan Luhansk mendeklarasikan kemerdekaan setelah referendum lokal, di mana suara mayoritas penduduk daerah mendukung kemerdekaan dari Ukraina.
Referendum yang dikumandangkan Maret di Crimea, menghasilkan penyatuan kembali wilayah semenanjung Crimea dengan Federasi Rusia. Hampir 97 persen peserta referendum Crimea memilih bergabung kembali kepada Rusia. (T/P09/EO2).
Baca Juga: Langit Madrid Memerah, Kebakaran Hutan Besar Kepung Ibu Kota
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
kiev-forces-join-prorussians-in-donetsk/" target="_blank" rel="noopener noreferrer nofollow">/
Baca Juga: Zelensky Usulkan Perundingan Damai Baru dengan Rusia, Desak Gencatan Senjata
Baca Juga: 80.000 Orang di London Tuntut Pemerintah Inggris Berhenti Dukung Genosida di Gaza