Jenewa, MINA – Badan PPB untuk pengungsi, UNHCR mengatakan, serangan militer Rusia ke Ukraina memaksa 1,3 juta orang meninggalkan negara itu.
Selain itu organisasi PBB lainnya mengatakan, pertempuran berdampak buruk pada kebutuhan air, sanitasi, dan kebersihan bagi jutaan orang Ukraina yang terkepung.
“Kecuali konflik tidak segera diakhiri konflik, jutaan lainnya kemungkinan akan dipaksa untuk melarikan diri,” kata badan pengungsi itu seperti dikutip dari Anadolu Agency, Senin (7/3).
Sementara itu Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan pada Sabtu (5/3), telah mencatat 1.058 korban di Ukraina: 351 dari mereka tewas dan 707 terluka.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Kantor HAM PBB yakin, angka sebenarnya jauh lebih tinggi, karena penerimaan informasi dari beberapa lokasi tertunda akibat konflik senjata yang terus berlangsung.
Serangan Rusia ke Ukraina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda hingga Senin (7/3). Meski sudah ada kesepakatan gencatan senjata di dua kota.
Meski sudah ada kesepakatan gencatan senjata di Mariupol, Ukraina belum dapat melakukan evakuasi warga sipil dari kota tersebut karena pasukan Rusia terus melancarkan tembakan.
Kabar ini disampaikan langsung oleh Kepala Administrasi Wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko, lewat akun Facebook pada Ahad (6/3), seperti dikutip dari CNN.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
“Konvoi evakuasi dengan penduduk lokal tidak pernah bisa meninggalkan Mariupol hari ini: Rusia mulai mengumpulkan kembali pasukan mereka dan menembaki kota dengan berat. Sangat berbahaya untuk mengevakuasi orang dalam kondisi seperti itu,” kata Kyrylenko. (T/RE1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh