New York, MINA – Ada potensi kekerasan baru di Libya karena negara itu menunda pemilihan umum, kata seorang pejabat PBB, Selasa (30/8).
Rosemary DiCarlo, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Politik dan Pemeliharaan Perdamaian, mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa ia khawatir tentang situasi keamanan di Libya.
“Saya sangat prihatin bahwa kebuntuan yang sedang berlangsung dan penundaan yang terus berlanjut dalam pelaksanaan proses pemilihan umum menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap keamanan di dalam dan sekitar Tripoli, dan berpotensi bagi semua warga Libya,” katanya, The New Arab melaporkan.
DiCarlo menambahkan, “ancaman itu terwujud beberapa hari yang lalu.”
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Baku tembak terjadi pekan lalu di beberapa lingkungan di seluruh Tripoli, menyebabkan 32 orang tewas. Perdana menteri saingan Abdulhamid Dbeibah dan Fathi Bashagha saling menyalahkan satu sama lain.
“Ini tampaknya merupakan upaya lain pasukan pro-Bashagha untuk memasuki ibu kota dari timur,” kata DiCarlo, tetapi dia menjelaskan bahwa upaya itu diblokir oleh pasukan pro-Dbeibah.
“Ketenangan yang rapuh telah berlaku di Tripoli. Tidak jelas berapa lama itu akan berlangsung,” katanya.
Ia memperingatkan potensi “serangan pembalasan oleh kedua belah pihak.”
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mengingat keadaan tersebut, beberapa anggota Dewan Keamanan menyerukan pencalonan cepat kepala baru misi PBB di Libya, sejak utusan sebelumnya Jan Kubis meninggalkan posisi itu tiba-tiba pada bulan November tahun lalu. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa