New York, 18 Syawwal 1438/12 Juli 2017 (MINA) – Utusan Khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan, dia berencana mengundang para pihak yang bertikai di Yaman untuk berdiskusi lagi “sesegera mungkin”.
Bulan lalu, Cheikh Ahmed mengajukan sebuah proposal yang menyerukan agar pasokan komersial dan kemanusiaan terus dilanjutkan melalui pelabuhan Laut Merah, Hodeida.
Berbicara di depan Dewan Keamanan PBB di New York pada hari Rabu (12/7), Cheikh Ahmed mengatakan bahwa pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi telah bereaksi positif dan sepakat untuk bernegosiasi atas dasar proposalnya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Sementara itu, ia mengungkapkan, Cina memainkan “peran instrumental” dalam menjalin kontak langsung dengan Houthi yang menolak bertemu utusan PBB.
“Kesempatan untuk mencapai perdamaian belum hilang. Kelanjutan perang hanya dapat menyebabkan kerugian manusia dan fisik,” katanya. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Yaman telah dilanda perang saudara sejak September 2014, ketika pemberontak Houthi merebut ibu kota Sanaa dan menggulingkan pemerintahan Hadi yang diakui secara internasional.
Pada bulan Maret 2015, sebuah koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi memulai sebuah kampanye melawan pasukan Houthi.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Houthi yang diduga didukung oleh Iran, bersekutu dengan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Sejak saat itu, kaum Houthi telah diusir dari sebagian besar wilayah selatan Yaman, tapi mereka tetap menguasai Sanaa dan sebagian besar wilayah utara.
Setidaknya sudah 1.740 orang yang meninggal dalam konflik di negara Arab termiskin itu. (T/RI-1/P1
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan