New York, 11 Ramadhan 1434/19 Juli (MINA) – Organisasi internasional, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan bahwa perang saudara yang menghancurkan Suriah akan memaksa generasi anak-anak tumbuh dalam buta huruf.
Leila Zerrougui, perwakilan khusus untuk anak-anak dan konflik bersenjata, mengatakan bahwa saat ini, konflik Suriah memasuki tahun ketiga di mana pelanggaran berat terhadap anak-anak banyak dilakukan.
Puluhan anak telah tewas, terluka, ditahan, dan dipaksa untuk menyaksikan atau melakukan kekejaman yang terjadi di Suriah.
Zerrougui melakukan pertemuan dengan para pejabat di Suriah dan para komandan oposisi, ia mendesak kedua pihak untuk menyelamatkan anak-anak.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Setelah perang berakhir, Zerrougui akan menghadapai anak-anak yang kehilangan masa kecil mereka, memiliki kebencian, dan buta huruf.
Zerrougi mengatakan, Konflik Suriah telah menghancurkan ribuan sekolah di seluruh wilayah Suriah.
“Banyak sekolah yang berdiri kokoh telah berubah menjadi tempat penampungan,” kata Zeerougi menurut laporan Arabnews seperti dipantau MINA (Mi’raj News Agency).
Selama pertemuannya, Zerrougi mendesak kepada pihak oposisi agar anak-anak tidak ikut dilibatkan dalam perang untuk mengangkat senjata. Sekitar dua juta anak di Suriah menghadapi kekurangan gizi, penyakit, dan trauma akibat perang.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Sementara itu, menurut Pusat Dokumentasi Pelanggaran di Suriah menyatakan bahwa sekitar 7.132 anak di bawah usia 15 tahun telah tewas dalam dua setengah tahun terakhir, termasuk 4.939 anak laki-laki dan 2.193 perempuan.
Pertempuran di Suriah terus berlanjut, pada Kamis kemarin (19/7), khususnya di wilayah utara Suriah, di mana aktivis mengatakan kelompok Kurdi mengambil alih sebuah kota utama dekat perbatasan dengan Turki.
Dilansir Islamtimes, menurut Asisten Sekjen PBB untuk HAM, Ivan Simonovic mengatakan bahwa setiap bulan, lima ribu jiwa telah tewas akibat kemerosotan konflik yang drastis, “Di Suriah hari ini, pelanggaran berat hak asasi manusia telah menjadi aturan,” tambahnya dalam sebuah pernyataan selama rapat dengan Dewan Keamanan Amerika Serikat pada Selasa lalu (16/7).
Beberapa organisasi HAM internasional mengatakan, kelompok militan yang disponsori asing telah melakukan tindak kejahatan di Suriah. Sementara dalam berita terkait, jumlah pengungsi Suriah setiap harinya mencapai enam ribu, mereka melarikan diri akibat perang saudara yang terus berlangsung sejak 2011 lalu.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Suriah, Antonio Guterres mengatakan bahwa arus pengungsi terus meningkat dan hal itu merupakan tragedi terburuk sejak genosida di Rwanda yang terjadi 20 tahun yang lalu.
OKI Desak Hentikan Pertikaian
Sementara Organisasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mendesak semua pihak di seluruh dunia untuk menghentikan pertikaian selama Ramadhan. Desakan OKI disampaikan terutama pada konfllik di Suriah yang menyebabkan pertumpahan darah dan kehancuran dalam kehidupan sehari-hari di Suriah.
Sekjen OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu mengatakan, Ramadhan adalah bulan kesucian, ketenangan dan keamanan, di mana muslimin seyogyanya lebih banyak menahan diri dari segala bentuk dosa, serta berusaha mencari pengampunan sesuai dengan ajaran Islam.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Dia juga berdoa agar para pemimpin dan pejabat negara memperoleh bimbingan untuk mencapai tujuan reformasi dengan memperhatikan pemeliharaan hak asasi manusia. (T/P013/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah