New York, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (8/10) mengatakan, mereka memiliki kekurangan anggaran 1,4 miliar Dolar AS (lebih dari Rp 19,975 triliyun) tahun ini dan harus mulai memotong gaji staf kecuali negara-negara anggota yang membayar iuran dengan cepat.
Meskipun 129 dari 193 anggota PBB telah membayar iuran 2019 mereka secara penuh, 64 negara masih berutang uang, termasuk kontributor utamanya, Amerika Serikat. Ini membuat lembaga itu memiliki kekurangan 30 persen dalam anggarannya, Anadolu Agency melaporkan.
“Organisasi ini berisiko menipiskan cadangan likuiditasnya pada akhir bulan dan gagal bayar atas pembayaran kepada staf dan pihak terkait,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York.
“Sekretariat dapat menghadapi penundaan gaji dan pembayaran untuk barang dan jasa pada akhir November kecuali jika lebih banyak negara anggota membayar iuran anggaran mereka secara penuh,” tambahnya.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Pada akhir September, hanya 70 persen dari total anggaran tahunan telah dibayarkan, dibandingkan dengan 78 persen pada waktu yang sama tahun lalu,” kata Dujarric.
Berbicara kepada komite kelima PBB, yang mengawasi keuangan, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres menggambarkan “krisis keuangan yang parah” dan mengatakan “tanpa uang tunai, anggaran tidak dapat diimplementasikan dengan baik.”
“Debat Majelis Umum dan pekan kegiatan diplomatik, yang diadakan setiap tahun pada bulan September, hanya mungkin karena pemotongan pengeluaran darurat yang dilakukan sebelumnya pada tahun 2019,” kata Guterres.
“Bulan ini, kita akan mencapai defisit terdalam dekade ini. Kami berisiko menghabiskan cadangan uang tunai penjaga perdamaian yang tertutup, dan memasuki November tanpa cukup uang tunai untuk membayar gaji,” lanjut Guterres. (T/Ast/RS2)
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis