Wina, MINA – Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) melaporkan kenaikan opium/">harga opium yang signifikan di Afghanistan, mencapai $750 per kilogram pada 2024, sepuluh kali lipat lebih tinggi dari tahun 2022.
Dilansir dari Khaama Press, Jumat (14/3), meskipun terjadi penurunan produksi, harga yang tinggi terus menguntungkan para pengedar narkoba besar.
Menurut PBB, penurunan produksi narkoba setelah larangan opium oleh Taliban menyebabkan penurunan perdagangan heroin dan opium, dengan penyitaan zat-zat ini turun sekitar 50% sejak tahun 2021.
UNODC menyatakan bahwa harga per kilogram yang tinggi masih menghasilkan keuntungan besar, terutama menguntungkan para pedagang dan eksportir tingkat tinggi dalam kelompok kriminal terorganisasi.
Baca Juga: Qatar akan Pasok Gas Alam ke Suriah
Laporan PBB memperkirakan stok opium Afghanistan sekitar 13.200 ton pada akhir 2022, cukup untuk memenuhi permintaan opium Afghanistan hingga 2027.
Ghada Waly, Direktur Eksekutif UNODC, menekankan bahwa kenaikan opium/">harga opium dan cadangan yang besar menunjukkan bahwa perdagangan narkoba di Afghanistan tetap menjadi bisnis ilegal yang sangat menguntungkan.
Waly menambahkan bahwa keuntungan dari perdagangan narkoba mengalir ke kelompok kejahatan terorganisasi transnasional, yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan di Afghanistan, kawasan tersebut, dan sekitarnya.
PBB menyoroti bahwa sebelum pengurangan budidaya opium, cadangan opium Afghanistan dapat bernilai antara $4,6 miliar hingga $5,9 miliar, yang mewakili 23-29% dari PDB negara tersebut pada tahun 2023. Hal ini dapat membantu mengurangi beberapa masalah ekonomi Afghanistan setelah Taliban kembali berkuasa. []
Baca Juga: Rusia Inginkan Perdamaian Jangka Panjang dengan Ukraina
Mi’raj News Agency (MINA)