Jenewa, MINA – PBB pada Jumat (13/3) mengatakan, kekerasan di Idlib, Suriah barat laut, telah menurun setelah gencatan senjata diumumkan oleh Turki dan Rusia pekan lalu, tetapi daerah itu masih tidak aman.
“Pengungsian dari daerah-daerah yang dekat dengan garis depan juga melambat,” kata Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), Anadolu Agency melaporkan.
“Tapi itu tidak menjadikan Idlib tempat yang aman. Situasi di barat laut tetap menjadi manifestasi paling mengkhawatirkan dari krisis Suriah saat ini, ketika konflik memasuki tahun ke-10,” kata Laerke pada konferensi pers.
Dia mengatakan, penembakan terus dilaporkan dari daerah di sepanjang garis depan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Menurut PBB, sekitar 960.000 orang, kebanyakan dari mereka anak-anak dan perempuan, telah mengungsi sejak Desember.
“Pekerja bantuan melaporkan insiden eksploitasi dan pelecehan perempuan serta gadis yang dipindahkan oleh laki-laki punya kekuasaan seperti pemilik properti, dengan imbalan uang tunai atau bantuan materi,” kata Laerke.
“Kami juga memiliki laporan tentang wanita yang tidak bisa mandi selama beberapa minggu karena kurangnya privasi dan menolak untuk makan atau minum, sehingga mereka tidak perlu menggunakan kamar mandi. Mereka merasa terbuka dan tidak aman,” tambahnya.
Sesuai perkiraan UNOCHA, sekitar 327.000 orang saat ini tinggal di kamp dan tenda individu, sementara 165.000 orang di rumah atau bangunan yang belum selesai.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Selain itu, sekitar 360.000 pengungsi internal tinggal dengan keluarga angkat atau di rumah sewaan, sementara sekitar 93.000 orang tinggal di tempat penampungan kolektif, sebagian besar dikonversi dari bangunan umum seperti sekolah dan masjid.
“Namun, masih ada orang yang berlindung di bawah pohon,” kata Laerke.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) yang bermarkas di Jenewa juga mengeluarkan pernyataan dan menyerukan perhatian pada kebutuhan rakyat Suriah.
“Ketika krisis di Suriah memasuki tahun kesepuluh, kebutuhan orang-orang yang telah menanggung begitu banyak adalah luas dan kompleks,” kata pernyataan itu.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Lebih lanjut dalam pernyataan itu dikatakan, statistiknya sangat jelas, lebih dari 11 juta warga Suriah bergantung pada bantuan, puluhan ribu orang masih hilang, satu dari dua warga Suriah kehilangan tempat tinggal, dan setidaknya 2 juta anak terganggu pendidikannya atau tidak memiliki kesempatan bahkan untuk memulai. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB