Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PBB: Kematian di Myanmar Akibat Ranjau Meningkat Tiga Kali Lipat

siti aisyah - Kamis, 4 April 2024 - 20:44 WIB

Kamis, 4 April 2024 - 20:44 WIB

4 Views ㅤ

Naypyidaw, MINA – Badan anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan, jumlah orang yang terbunuh di Myanmar akibat ranjau darat dan bahan peledak meningkat tiga kali lipat dari tahun lalu. Sebanyak 20 persen korbannya adalah anak-anak.

Terdapat 1.052 korban sipil yang terverifikasi akibat insiden ranjau darat dan persenjataan peledak selama tahun 2023, dibandingkan dengan 390 insiden pada tahun 2022, kata UNICEF dalam sebuah pernyataan pada Kamis (4/4), bertepatan dengan Hari Kesadaran akan Ranjau dan Dukungan bagi Aksi Penanganan Ranjau Sedunia.

“Penggunaan ranjau darat tidak hanya tercela, tetapi juga ilegal menurut hukum kemanusiaan internasional,” kata Debora Comini, Direktur Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik, demikian dikutip Al Jazeera.

Debora mengatakan, sangat penting bagi semua pihak yang berkonflik memprioritaskan keselamatan, kesejahteraan warga sipil, terutama anak-anak, dan segera mengambil langkah untuk menghentikan penggunaan senjata sembarangan.

Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris

Dalam laporan yang dirilis oleh UNICEF dikatakan bahwa konflik di Myanmar menyebabkan “hampir semua negara bagian dan wilayah” di Myanmar, kecuali ibu kota Naypyidaw, dilaporkan dilanda ranjau darat, dan negara tersebut termasuk negara yang paling terkontaminasi ranjau darat dan bahan peledak di dunia.

UNICEF mencatat ranjau darat di Myanmar, digunakan tanpa pandang bulu oleh semua pihak dalam konflik di negara tersebut, dan anak-anak rentan menjadi korban, karena mereka cenderung tidak mengenali senjata itu.

“Penyebaran senjata secara luas di seluruh negeri berarti bahwa anak-anak dapat menghadapi ranjau darat di mana saja, termasuk di dekat rumah, sekolah, taman bermain, dan area pertanian mereka,” kata UNICEF.

Pada tahun 2022, Amnesty dalam laporannya mencatat bahwa militer Myanmar melakukan kejahatan perang dengan memasang ranjau darat dalam “skala besar” di sekitar desa-desa, di bagian Kayah tenggara, yang juga dikenal sebagai negara bagian Karenni.

Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu

Pertempuran meningkat sejak akhir Oktober tahun lalu ketika Aliansi Tiga Persaudaraan, sebuah koalisi kelompok bersenjata yang kuat, melancarkan serangan mendadak terhadap angkatan bersenjata yang menguasai beberapa pos militer dan kota-kota penting di utara dan barat. (T/R6/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Timur Tengah
Palestina
Internasional