Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PBB Khawatir Adanya Kekejaman Massal di Myanmar Utara

siti aisyah - Ahad, 24 Oktober 2021 - 20:04 WIB

Ahad, 24 Oktober 2021 - 20:04 WIB

3 Views ㅤ

Heavily armed Myanmar army troops patrol Kyinkanpyin area in Maungdaw town located in Rakhine near the Bangladesh border on October 16, 2016. Three police officers were attacked with machetes in restive northwestern Myanmar on October 15 by assailants who were shot dead, the military has said, amid lethal violence that authorities have blamed on homegrown Islamist insurgents. Security forces have killed at least 29 people since attacks were launched the previous week on police posts along the Bangladesh border, according to state media. / AFP / KHINE HTOO MRAT (Photo credit should read KHINE HTOO MRAT/AFP/Getty Images)

Yangon, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan  khawatir akan bencana hak asasi manusia yang lebih besar di Myanmar, di tengah laporan adanya ribuan tentara berkumpul di utara negara itu yang telah berada dalam kekacauan sejak kudeta Februari.

Dikutip dari AlJazeera pada Ahad (24/10), pelapor Khusus PBB untuk Myanmar Tom Andrews, yang mempresentasikan temuan laporan hak asasi manusia tahunan tentang Myanmar kepada Majelis Umum PBB mengatakan, dia telah menerima informasi bahwa puluhan ribu tentara dan senjata berat sedang dipindahkan ke daerah bergolak di Myanmar utara dan barat laut.

Temuan itu, katanya, juga menunjukkan bahwa pemerintah militer telah terlibat dalam kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.

“Kita semua harus siap, karena orang-orang di bagian Myanmar ini siap, untuk kejahatan kekejaman massal yang lebih banyak lagi. Saya sangat berharap bahwa saya salah,” kata Andrews dalam laporannya pada Jumat (22/10).

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan

Lebih dari 1.100 warga sipil tewas dalam tindakan keras berdarah di negara itu terhadap penentang junta dan lebih dari 8.000 ditangkap sejak kudeta, menurut kelompok pemantau lokal.

“Taktik ini sangat mengingatkan pada taktik dahulu yang digunakan  militer sebelum serangan genosida terhadap Rohingya di Negara Bagian Rakhine pada 2016 dan 2017,” kata Andrews.

Pada tahun 2017, sekitar 740.000 orang Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine Myanmar setelah pasukan keamanan melakukan tindakan keras yang menurut PBB mungkin sama dengan genosida.

Pada Senin lalu, Pemimpin Junta Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengumumkan pembebasan lebih dari 5.000 orang yang dipenjara karena memprotes kudeta.

Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar

Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyatakan tidak akan mengundang rezim militer itu ke pertemuan puncak blok 10 negara itu yang akan datang.

Christine Schraner Burgener, utusan khusus PBB untuk Myanmar, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia khawatir perang saudara akan pecah di negara itu.

“Orang-orang sekarang dilengkapi dengan iPhone dan sumber informasi utama di Myanmar adalah Facebook dan Twitter,” katanya.

“Mereka sangat bertekad untuk tidak menyerah. Dan jika mereka tidak menyerah, dan jika mereka sangat marah untuk menggunakan kekerasan, maka kekerasan itu akan menciptakan lebih banyak kekerasan” yang akan mengarah pada “konflik bersenjata internal yang besar”, tambah Burgener.

Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam

Andrews mengatakan, pasukan Myanmar telah menelantarkan seperempat juta orang. Banyak dari mereka yang ditahan disiksa, termasuk puluhan orang yang meninggal sebagai akibatnya.

Ia menambahkan, pihaknya telah menerima laporan yang dapat dipercaya bahwa anak-anak juga telah disiksa. (T/R6/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Palestina
Palestina
Palestina