Nairobi, 8 Dzulhijjah 1436/22 September 2015 (MINA) – Situasi di Sudan Selatan yang dilanda perang kian memburuk sejak kesepakatan damai ditandatangani antara pihak yang berperang tiga pekan lalu.
Menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), selama bulan lalu telah terjadi peningkatan tajam pertempuran di distrik Koch, Mayendit dan Leer, membuat warga sipil melarikan diri mencari perlindungan di kota Nyaal di Unity State.
“Hampir 78.000 orang mengungsi, termasuk 18.000 telah tiba selama dua pekan terakhir, sekarang mencari perlindungan di Nyaal,” kata laporan itu.
“Sekitar sepuluh perahu kano, masing-masing membawa 60 sampai 70 orang, tiba di Nyal setiap hari sejak pertengahan Agustus,” laporan itu menambahkan, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Menurut PBB, ribuan orang telah melarikan diri baru-baru ini dari kampung halamannya melakukan perjalanan sulit dan berbahaya menuju kota Nyaal.
Menurut PBB, banyak dari ribuan pengungsi yang menderita kekurangan gizi di Mvolo County, Western Equatoria.
“Sebuah tim mitra antar-lembaga kemanusiaan – termasuk perwakilan badan-badan PBB dan LSM nasional dan internasional – telah mengunjungi daerah itu untuk menilai situasi,” tulis laporan itu.
“Tim menemukan tentang tingkat kerawanan pangan, serta kekurangan gizi bagi anak-anak dan ibu hamil dan menyusui,” tambahnya.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Laporan OCHA mencatat lebih 23.000 orang telah terkena dampak akibat konflik. Musim kemarau yang sedang berlangsung juga memberikan kontribusi terhadap kerawanan pangan. (T/P001/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa