New York, MINA – Satu dari setiap enam anak terpaksa bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari USD2,15 atau Rp38.417,- per hari, menurut laporan baru dari Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Bank Dunia yang dirilis pada pekan ini.
Menurut laporan WAM dikutip MINA, Sabtu (16/9), temuan ini menunjukkan bahwa 333 juta anak di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem – penurunan sebesar hampir 50 juta dalam satu dekade terakhir.
Namun, penulis laporan tersebut mengatakan bahwa jutaan orang lainnya seharusnya bisa keluar dari kemiskinan ekstrem jika tidak terjadi gangguan terkait COVID-19 selama tiga tahun terakhir.
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan,a dampak pandemi serta konflik, perubahan iklim dan guncangan ekonomi, telah “menghambat kemajuan” dalam mengakhiri kemiskinan anak.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Ia menyerukan upaya berlipat ganda untuk memastikan semua anak memiliki akses terhadap layanan penting, termasuk pendidikan, nutrisi, layanan kesehatan dan perlindungan sosial, sekaligus mengatasi akar penyebab kemiskinan ekstrem.
“Kita tidak bisa mengecewakan anak-anak ini sekarang,” katanya.
Laporan tersebut menunjukkan, secara global, anak-anak mencakup lebih dari 50 persen kelompok masyarakat sangat miskin, meskipun jumlah anak-anak hanya sepertiga dari populasi dunia.
Hampir 90 persen anak-anak yang terjebak dalam kemiskinan ekstrem tinggal di Afrika Sub-Sahara atau Asia Selatan.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Afrika Sub-Sahara memiliki angka kemiskinan tertinggi, yaitu 40 persen pada tahun 2022, dan merupakan negara dengan jumlah anak-anak miskin ekstrem terbesar di dunia, yaitu lebih dari 71 persen – sebuah lompatan signifikan dari angka di bawah 55 persen pada 10 tahun yang lalu.
Para penulis mengatakan, pertumbuhan populasi yang cepat dan langkah-langkah perlindungan sosial yang “terbatas” berkontribusi terhadap peningkatan tajam ini.
Sementara itu, seluruh kawasan lain di dunia kecuali Timur Tengah dan Afrika Utara mengalami “penurunan yang stabil” dalam angka kemiskinan ekstrem.
Laporan tersebut memperingatkan, dengan tingkat penurunan yang ada saat ini, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada anak pada 2030, atau SDG 1, tidak akan tercapai. (T/R1/RS2)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini