Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PBB Minta Israel-Lebanon Tahan Diri Dinginkan Ketegangan

kurnia - Senin, 12 Juni 2023 - 12:20 WIB

Senin, 12 Juni 2023 - 12:20 WIB

4 Views ㅤ

News York, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak Israel dan Lebanon menahan diri dalam merespons ketegangan yang terjadi di wilayah perbatasan kedua negara.

Hal itu sehubungan dengan aktivitas konstruksi Israel yang ditentang warga Lebanon karena dianggap memakan lahan mereka.

“Kami mendesak para pihak untuk menggunakan mekanisme koordinasi kami secara efektif untuk mencegah kesalahpahaman dan pelanggaran serta berkontribusi untuk menjaga stabilitas di kawasan,” ujar Juru Bicara United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL) Andrea Tenenti, demikian Anadolu Ahad (11/6).

Dia mengungkapkan, pasukan UNIFIL telah dikerahkan ke lokasi tempat ketegangan berlangsung. “Penjaga perdamaian UNIFIL berada di lapangan untuk memastikan kelanjutan penghentian permusuhan, membangun ketenangan, dan membantu mengurangi ketegangan,” ujar Teneti.

Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang

Pada Jumat lalu, pasukan Israel menembakkan gas air mata ke arah warga Lebanon di desa perbatasan Kfarchouba dan al-Arqoub.

Warga Lebanon menggelar demonstrasi menentang pekerjaan buldoser-buldoser Israel di tanah mereka. Lebanon mengerahkan tentaranya untuk mendukung aksi unjuk rasa para warganya.

Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat.

Pada 2020, Israel dan Lebanon sepakat melanjutkan negosiasi terkait sengketa perbatasan maritim kedua negara. Pembicaraan sempat terhenti, tapi dihidupkan kembali pada Juni tahun itu.

Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina

Pada 27 Oktober 2022 lalu, Israel dan Lebanon resmi meratifikasi perjanjian batas maritim yang dimediasi Amerika Serikat. Perjanjian itu diteken oleh mantan presiden Lebanon Michel Aoun dan mantan perdana menteri Israel Yair Lapid.

Keduanya menyatakan kepuasan atas kesepakatan tersebut. Namun kala itu Aoun menegaskan bahwa kesepakatan penyelesaian batas maritim itu tidak sama dengan normalisasi hubungan dengan Israel. (R/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza

Rekomendasi untuk Anda