Rohingya, 24 Jumadil Awwal 1437/3 Maret 2016 (MINA) – Muslim Rohingya terus menghadapi tekanan mengerikan. Setiap hari, ada anak-anak meninggal akibat kekerasan yang diterima mereka dari kelompok mayoritas Budha Myanmar, pejabat PBB memperingatkan.
John Ging, direktur operasi PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), sebelumnya berkunjung ke negara bagian Rakhine barat, di mana daerah itu telah ditargetkan serangan kekerasan dan diskriminasi dari kelompok mayoritas yang beragama Buddha.
Menurutnya, Rohingya mendapatkan reputasi sebagai salah satu kelompok yang paling teraniaya di dunia, Worldbulletin dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Lebih dari 100 ribu Muslim Rohingya mendekam di kamp-kamp di barat Myanmar setelah kerusuhan di Rakhine, menyebabkan ratusan desa dibakar dan sejumlah orang tewas pada 2012 lalu.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
“Mereka yang tidak mendapatkan kewarganegaraan penuh dan sejumlah besar kehilangan haknya dalam pemilu November lalu. Hal itu menyebabkan mayoritas masyarakat pro dengan partai Aung San Suu Kyi untuk memenangkan pemilu,” kata Ging.
Pada kunjungan itu, ia mengaku sangat terkejut melihat keadaan kamp pengungsi di sana.
“Kondisi di sana sangat memilukan melihat begitu banyak anak-anak dalam kondisi mengerikan,” katanya dalam sebuah pernyataan sepulang ke New York pada Selasa (1/3) lalu.
“Seorang ibu mengatakan kepada saya bahwa bayinya yang berumur kurang dari satu bulan, meninggal karena kekurangan oksigen pada Desember lalu setelah dia ditolak akses ke perawatan di rumah sakit kota terdekat,” ungkapnya.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Dalam pernyataannya, pihaknya menekankan bahwa Rohingya dan kelompok lainnya yang mengungsi akibat kekerasan tidak boleh dilupakan, sebagai salah satu upaya kemajuan menuju negara demokrasi.
“Myanmar akan melalui transformasi demokratis yang mengesankan, yang membuka pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan pembangunan. Namun, di Myanmar tidak semua orang mendapatkan manfaat dalam transisi ini,” katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari Rakhine menuju wilayah laut berbahaya, biasanya menuju negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia. (T/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan