PBB: Myanmar Blokir Bantuan Makanan untuk 80.000 Rohingya

Jenewa, 19 Muharram 1438/20 Oktober 2016 (MINA) – Badan Program Pangan Dunia PBB () mengatakan, pada Rabu (19/10), telah memblokir pengiriman bantuan pangan yang diperuntukkan lebih dari 80.000 orang etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine.

Sebuah wilayah yang didominasi etnis Rohingya di utara negara itu telah ditutup setelah terjadi serangan terhadap pos polisi yang diduga dilakukan oleh para pejuang Rohingya.

Serangan yang terjadi lebih dari sepekan lalu tersebut telah meminta lonjakan pasukan dari pemerintah ke Rakhine.

WFP biasanya mengirim bantuan makanan untuk 80.000-85.000 orang di daerah yang berbatasan dengan Bangladesh tersebut, tapi pengiriman bantuan telah terganggu dan militer telah mencegah pasokan apapun untuk masuk.

Di negara bagian Rakhine ada kelompok minoritas yang diduga kuat telah mengalami penganiayaan sistematis sejak kerusuhan pecah pada tahun 2012.

“Ada militer di mana-mana dan jam malam diberlakukan. Tidak mungkin mengakses salah satu daerah,” kata Arsen Sahakyan, petugas kemitraan WFP di , demikian Al-Jazeera memberitakannya yang dikutip MINA.

Menurut Arsen, daerah-daerah tempat WFP biasanya beroperasi juga terkena dampak dari pemblokiran militer.

Menurut media pemerintah, aparat keamanan telah menewaskan sedikitnya 30 orang sejak serangan pada pos polisi. Sebuah penghitungan angka resmi terbaru menunjukkan sedikitnya 40 orang telah ditahan.

Aktivis mengatakan bahwa tentara telah melakukan kekerasan. Pasukan menembak warga sipil Muslim hingga tewas dan membakar desa-desa mereka. Namun militer berdalih untuk mencegah serangan kekerasan.

Pemerintah Myanmar telah menyalahkan kelompok bersenjata yang disebut “Aqa Mul Mujahidin”. Pemerintah mengatakan ratusan pejuang tengah merencanakan lebih banyak serangan.

Kerusuhan terbaru telah menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya konflik sektarian 2012 yang menewaskan lebih dari 100 orang dan memaksa ribuan etnis Rohingya ditempatkan di kamp-kamp pengungsian yang kumuh.

Sekitar 125.000 orang Rohingya tetap mengungsi. Gerakan mereka, pendidikan dan akses kepada makanan sangat dibatasi ketika tinggal di kamp-kamp yang kumuh. (T/P001/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)