Gaza, 21 Ramadhan 1436/8 Juli 2015 (MINA) – Juru bicara kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Jens Laerke mengatakan operasi 51-hari Israel di Gaza tahun lalu merupakan perang yang paling mematikan dan meningkatkan permusuhan sejak penjajahan yang dilakukan sejak 1967.
Pada Juli dan Agustus tahun lalu, dikutip dari MEMO oleh Mi’raj Islamic News Agency (MINA) lebih dari 2.150 warga Palestina tewas dan 11.000 terluka – kebanyakan dari mereka perempuan dan anak-anak – selama 51 hari serangan militer Israel terhadap Jalur Gaza yang diblokade, menurut PBB.
Laerke mengatakan kepada wartawan di kantor PBB di Jenewa bahwa warga sipil tidak bisa meninggalkan Gaza selama serangan Israel karena perbatasan ditutup selama operasi dan mereka tidak memiliki tempat yang aman untuk bersembunyi.
Dia menggarisbawahi, setidaknya 28 persen dari penduduk Gaza telah mengungsi selama bentrokan dan ini merupakan perpindahan terbesar sejauh ini.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Lebih dari 100.000 orang masih mengungsi karena sekitar 12.500 rumah hancur tidak dapat dibangun kembali, hal ini disebabkan oleh Israel yang membatasi masuknya bahan bangunan dan otoritas Palestina tidak bisa melakukan tugasnya,” kata Laerke.
Dia menambahkan sebanyak 120.000 orang tidak bisa mendapatkan air dan 80 persen dari populasi bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Mengenai konflik Israel-Palestina, negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, dan organisasi internasional seperti PBB, menyerukan solusi dua negara, didasarkan pada perbatasan sebelum 1967 Perang Enam Hari. Tapi negosiasi terhenti selama bertahun-tahun.
Jalur Gaza dikenal sebagai daerah yang paling padat penduduknya di dunia dengan 1,8 juta penduduk. Selama 51 hari, daerah kantong terblokade ini dihujani agresi militer Israel melalui darat, laut dan udara.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Laporan Departemen Kesehatan Palestina menyebutkan, agresi brutal militer Israel menyebabkan pembunuhan terhadap 2.147 warga Palestina, di antaranya 578 anak, 489 wanita dan 102 orang tua. Sebanyak 11.000 warga Palestina terluka.
Menurut laporan itu, Israel membantai 144 keluarga, menewaskan tiga atau lebih anggota keluarga dari masing-masing.
Di sisi lain, pernyataan pejabat Israel telah mengungkapkan bahwa 68 tentaranya tewas, empat warga sipil dan satu pekerja asing.
Jumlah warga dan tentara Israel yang terluka adalah 2.522. Sebanyak 740 di antaranya adalah tentara dan sekitar setengah dari mereka telah menjadi cacat, menurut laporan Israel yang dirilis pekan lalu.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Selama perang, Brigade Qassam sebagai sayap militer Hamas, mengumumkan pada 20 Juli 2014, telah menahan tentara Israel bernama Shaul Aaron.
Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) yang berkoordinasi dengan Program Pembangunan Nasional Bersatu (UNDP), jumlah unit rumah yang hancur total mencapai 12.000, dengan jumlah rumah rusak sebagian mencapai 160.000.
Menurut laporan PBB, penampungan UNRWA telah menampung 300.000 pengungsi di lebih 91 sekolah dan fasilitas milik PBB.
Masih ada sekitar 22.000 warga Palestina berstatus tunawisma di tempat penampungan dan akomodasi sementara, atau hidup dengan keluarga mereka. (L/P004/P4)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)