Gaza, 28 Dzulqa’dah 1435/23 September 2014 (MINA) – Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyerukan masyarakat internasional untuk melakukan intervensi menghentikan proyek Israel menggusur paksa ribuan warga Badui Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Dalam pernyataan pers, Ahad, Komisaris Jenderal UNRWA, Pierre Krähenbühl menegaskan, jika rencana tersebut dilaksanakan ini tidak hanya akan menimbulkan kekhawatiran ‘pemindahan paksa’ jumlah warga Badui hal tersebut bertentangan dengan Konvensi Jenewa Keempat. Demikian laporan Middle East Monitor (MEMO) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
“Namun memberi jalan bagi perluasan pemukiman ilegal Zionis Israel lebih lanjut, kemudian mengorbankan kelangsungan hidup solusi dua negara,” katanya.
Pierre Krähenbühl mendesak Israel untuk tidak melanjutkan pemindahan Paksa warga Badui tersebut dan mendesak masyarakat pendonor dan negara mengambil sikap tegas terhadap masalah tersebut.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Mayoritas warga Badui terancam pemindahan paksa Zionis Israel sebagai pengungsi. Krähenbühl memperingatkan “Dampak kemanusiaan pemindahan secara paksa direncanakan bisa besar,”
Menurut seorang reporter di surat kabar Haaretz Israel, Israel sekarang berusaha untuk menggantikan ribuan warga Badui di Tepi Barat menjadi pusat Yerikho dekat perbatasan Yordania.
Surat kabar tersebut mencatat, rencana semula ditujukan hanya untuk merelokasi satu suku, namun sejak saat itu telah diperluas untuk mencakup lebih dari sekitar 12.500 orang Badui dari suku Jahalin, Ka’abneh dan Rashaida, tanpa melakukan dialog dengan mereka seperti telah diminta oleh Mahkamah Agung Israel.
UNRWA mengatakan, sejumlah warga Badui ditargetkan tinggal di daerah E1 dan di sekitar dari Maale Adumim pemukiman di dekat Yerusalem, dan Israel telah memilih untuk membangun pemukiman ilegal baru.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Proyek yang diajukan Israel di wilayah E1, bertujuan untuk menghubungkan Yerusalem dengan pemukiman Maale Adumim, telah mengangkat kontroversi karena akan membagi Tepi Barat yang diduduki dan mengisolasi dari Yerusalem, sehingga mengancam kelangsungan hidup setiap negara Palestina merdeka. (T/P002/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya