New York, 6 Dzulqa’dah 1437/8 September 2016 (MINA) – Para pejabat PBB pada Rabu (7/9) memperingatkan, ketegangan di Sahara Barat antara pasukan Maroko dan pejuang dari gerakan kemerdekaan Polisario, bisa meningkat menjadi konflik besar-besaran.
“Situasi masih tegang di daerah Guerguerat Sahara Barat di zona penyangga,” kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, demikian Alaraby.co.uk memberitakan yang dikutip MINA.
Ketegangan meningkat akhir-akhir ini setelah pemerintah Maroko memulai pembangunan jalan di daerah selatan dari zona penyangga yang memisahkan kedua belah pihak.
Saat ini, jarak pertahanan pejuang Polisario Front hanya 120 meter dari pasukan Maroko.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Dujarric mengatakan, PBB aktif berkomunikasi dengan kedua pihak agar bisa menahan diri dan mencari pilihan untuk solusi krisis saat ini.
Sebuah laporan rahasia PBB pekan lalu menuduh Maroko dan Polisario telah melakukan pelanggaran gencatan senjata di Sahara Barat, setelah mereka mengirim pasukan keamanan dan pejuangnya ke zona penyangga.
Sekjen PBB Ban Ki-moon bulan lalu telah mendesak kedua belah pihak untuk menarik posisinya dari kawasan zona penyangga yang tak bertuan dekat perbatasan Mauritania.
Militerisasi terhadap wilayah tak bertuan itu dikhawatirkan bisa menyalakan perang.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“(Saya) sangat prihatin atas situasi tegang yang telah dikembangkan di zona penyangga yang sempit di barat daya Sahara Barat,” katanya pada saat itu.
Pernyataan PBB mengatakan, tentara Maroko dan pejuang Polisario saling mendekat di zona penyangga.
Ki-moon menyerukan kedua pihak untuk menangguhkan tindakan yang mengubah status quo dan segera menarik semua elemen bersenjatanya sehingga bisa mencegah eskalasi lebih lanjut.
Situasi ini sedang dipantau oleh misi PBB yang dikenal dengan nama MINURSO, yang melaksanakan patroli dekat daerah ketegangan.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
MINURSO didirikan pada tahun 1991 setelah gencatan senjata mengakhiri perang yang pecah ketika Maroko mengirim pasukan ke bekas wilayah Spanyol itu pada 1975 untuk melawan Polisario Front, pemberontak etnis Sahrawi.
Maroko menyatakan bahwa Sahara Barat merupakan bagian integral dari Kerajaan Maroko, meskipun resolusi PBB menugaskan MINURSO untuk mengorganisir referendum penentuan nasib sendiri. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza